RSS

Pages

Makalah SKI kelas XII Perkembangan Islam

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Pada mulanya Islam disebarkan atas perjuangan Nabi Muhammad SAW di Mekah dan Medinah. Perjuangan menyebarkan agama Islam di Mekah selama kurang lebih 13 tahun. Sejak beliau diangkat menjadi Rasul pada tanggal 17 Ramadhan 611 M sampai beliah hijrah ke Medinah pada tanggal 12 Rabiul Awal 622 M. Sedangkan perjuangan beliau ke Medinah selama 10 tahun, sejak beliau hijrah sampai beliau wafat tanggal 12 Rabiul Awal 632 M.
Selama perjuangan di Mekah, beliau dapat mengubah sifat-sifat masyarakat Jahiliyah menjadi masyarakat yang mengimani keesaan Allah SAW. Perjuangan di Mekah dapat menciptakan masyarakat sejahtera dan beriman kepada Allah Yang Maha Esa.
            Hingga pada akhirnya perjuangan tersebut diteruskan sampai ke wilayah-wilayah yang sangat luas, termasuk Indonesia.
            Untuk memberi dorongan kepada generasi islam saat ini, dan untuk meneladani serta meneruskan perjuangan Nabi Muhammad saw, maka penulis membuat makalah dengan tema perkembangan islam modern, di Indonesia dan di Dunia.

1.2. Perumusan Masalah
1.      Bagaimana perkembangan Islam, identifikasi peristiwa-peristiwa penting dan tokoh-tokoh yang berprestasi dalam perkembangan Islam, dan mengambil ibrah dari peristiwa perkembangan Islam serta meneladani yang berprestasi dalam perkembangan Islam pada masa modern?
2.      Bagaimana perkembangan Islam, identifikasi peristiwa-peristiwa penting dan tokoh-tokoh yang berprestasi dalam perkembangan Islam dan mengambil ibrah dari peristiwa perkembangan Islam serta meneladani tokoh-tokoh dalam perkembangan Islam di Indonesia?
3.      Bagaimana perkembangan Islam, identifikasi peristiwa-peristiwa penting dan tokoh-tokoh yang berprestasi dalam perkembangan Islam dan mengambil ibrah dari peristiwa perkembangan Islam serta meneladani tokoh-tokoh dalam perkembangan Islam di dunia?



1.3. Tujuan
1.      Untuk mengetahui perkembangan Islam, identifikasi peristiwa-peristiwa penting dan tokoh-tokoh yang berprestasi dalam perkembangan Islam, dan mengambil ibrah dari peristiwa perkembangan Islam serta meneladani tokoh-tokoh dalam perkembangan Islam pada masa modern.
2.      Untuk mengetahui perkembangan Islam, identifikasi peristiwa-peristiwa penting dan tokoh-tokoh yang berprestasi dalam perkembangan Islam dan mengambil ibrah dari peristiwa perkembangan Islam serta meneladani tokoh-tokoh dalam perkembangan Islam di Indonesia.
3.      Untuk mengetahui perkembangan Islam, identifikasi peristiwa-peristiwa penting dan tokoh-tokoh yang berprestasi dalam perkembangan Islam dan mengambil ibrah dari peristiwa perkembangan Islam serta meneladani tokoh-tokoh dalam perkembangan Islam di dunia.















BAB II
PEMBAHASAN

2.1.1        Perkembangan Islam Pada Masa Modern
A.      Pada bidang Akidah
Salah satu pelopor pembaruan dalam dunia Islam Arab adalah suatu aliran yang bernama Wahabiyah yang sangat berpengaruh di abad ke-19. Pelopornya adalah Muhammad Abdul Wahab (1703-1787 M) yang berasal dari nejed, Saudi Arabia. Pemikiran yang dikemukakan oelh Muhammada Abdul Wahab adalah upaya memperbaiki kedudukan umat Islam dan merupakan reaksi terhadap paham tauhid yang terdapat di kalangan umat Islam saat itu. Paham tauhid mereka telah bercampur aduk oleh ajaran-ajaran tarikat yang sejak abad ke-13 tersebar luas di dunia Islam
Disetiap negara Islam yang dikunjunginya, Muhammad Abdul Wahab melihat makam-makam syekh tarikat yang bertebaran. Setiap kota bahkan desa-desa mempunyai makam sekh atau walinya masing-masing. Ke makam-makam itulah uamt Islam pergi dan meminta pertolongan dari syekh atau wali yang dimakamkan disana untuk menyelesaikan masalah kehidupan mereka sehari-hari. Ada yang meminta diberi anak, jodoh disembuhkan dari penyakit, dan ada pula yang minta diberi kekayaan. Syekh atau wali yang telah meninggal. Syekh atau wali yang telah meninggal dunia itu dipandang sebagai orang yang berkuasa untuk meyelesaikan segala macam persoalan yang dihadapi manusia di dunia ini. Perbuatan ini menurut pajam Wahabiah termasuk syirik karena permohonan dan doa tidak lagi dipanjatkan kepada Allah SWT.
Masalah tauhid memang merupakan ajaran yang paling dasar dalam Islam . oleh karena itu, tidak mengherankan apabila Muhammad Abdul Wahab memusatkan perhatiannya pada persoalan ini. Ia memiliki pokok-pokok pemikiran sebagai berikut.
a)      Yang harus disembah hanyalah Allah SWT dan orang yang menyembah selain dari Nya telah dinyatakan sebagai musyrik
b)       Kebanyakan orang Islam bukan lagi penganut paham tauhid yang sebenarnya karena mereka meminta pertolongan bukan kepada Allah, melainkan kepada syekh, wali atau kekuatan gaib. Orang Islam yang berperilaku demikian juga dinyatakan sebagai musyrik.
c)      Menyebut nama nabi, syekh atau malaikat sebagai pengantar dalam doa juga dikatakan sebagai syirik
d)      Meminta syafaat selain kepada Allah juga perbuatan syrik
e)       Bernazar kepada selain Allah juga merupakan sirik
f)       Memperoleh pengetahuan selain dari Al Qur’an, hadis, dan qiyas merupakan kekufuran
g)       Tidak percaya kepada Qada dan Qadar Allah merupakan kekufuran.
h)       Menafsirkan Al Qur’an dengan takwil atau interpretasi bebas juga termasuk kekufuran.

B.       Pada bidang Ilmu Pengetahuan
Islam merupakan agama yang sangat mendukung kemajuan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, Islam menghendaki manusia menjalankan kehidupan yang didasarkanpada rasioanlitas atau akal dan iman. Ayat-ayat Al Qur’an banyak memberi tempat yang lebih tinggi kepada orang yang memiliki ilmu pengetahuan, Islam pun menganjurkan agar manusia jangan pernah merasa puas dengan ilmu yang telah dimilikinya karena berapapun ilmu dan pengetahuan yang dimiliki itu, masih belum cukup untuk dapat menjawab pertanyaan atau masalah yang ada di dunia ini. Firman Allah SWT.
Artinya : “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepada tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha bijaksana.” (QS luqman : 27)
Ajaran Islam tersebut mendapat respon yang positif dari para pemikir Islam sejak zaman klasik (650-1250 M), zaman pertengahan (1250-1800 M) hingga periode modern (1800 m dan seterusnya). Masa pembaruan merupakan zaman kebangkitan umat Islam. Jatuhnya mesir ke tangan barat menynadarkan umat Islam bahwa di barat telah timbul peradaban baru yang lebih tinggi dan merupakan ancaman bagi Islam. Raja-raja dan pemuka-pemuka Islam mulai memikirkan cara untul meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam.

C.      Pada bidang Politik
            Mustafa Kemal Pasha Attaturk melakukan sebuah gebrakan berani dengan mengganti sistem pemerintahan di Turki dari Monarki ke Republik, membubarkan Kesultanan Turki Usmani yang telah berkuasa kurang lebih lima abad. Mustafa Kemal Pasha sekularisasi pada sistem kenegaraan, pendidikan, dan hukum. Dia juga mengganti simbol-simbol agama islam dengan simbol peradaban barat, juga menghapuskan islam sebagai agama resmi.




2.1.2.      Peristiwa- Peristiwa Penting dan Tokoh- Tokohnya

A.      Gerakan Pembaharuan Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1793)
Muhammad bin Abdul Wahab lahir di Uyainah, Nejd, Arab Saudi pada tahun 1703. Ia dilahirkan dari keluarga yang terkenal dengan kesalehan dan keimanannya. Ia mempunyai gerakan yang kemudian dikenal dengan gerakan wahabi. Timbulnya gerakan ini tidak lepas dari kondisi umat Islam pada saat itu, yakni sebagai berikut:
a)        Secara politik, umat Islam di seluruh kawasan kekuasaan Islam berada dalam keadaan yang lemah. Ketika itu yang berkuasa adalah kerajaan Turki Utsmani yang merupakan penguasa tunggal, namun kerajaan itu sedang mengalami kemunduran dalam segala bidang.
b)        Adanya penurunan semangat dalam pemahaman Al-Qur’an karena umat Islam bersikap fatalis dan cenderung mistisisme.
c)        Tauhid yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. telah dirusak oleh kebiasaan-kebiasaan syirik.
d)       Kota-kota suci, seperti Makkah dan Madinah, telah menjadi tempat yang penuh dengan penyimpangan akidah.
Gerakan wahabi ini berhasil berkat bantuan kepala suku yang bernama Muhammad Ibnu Saud yang kemudian mendirikan kerajaan di bawah pimpinan keturunannya. Muhammad bin Abdul Wahab mempunyai beberapa pemikiran, antara lain sebagai berikut:
a)      Al-Qur’an dan Hadits merupakan sumber asli ajaran Islam, sedangkan pendapat para ulama bukan merupakan sumber ajaran Islam.
b)      Taklid kepada ulama tidak dibenarkan.
c)      Pintu ijtihad tetap terbuka dan boleh dilakukan dengan jalan kembali pada Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah.



B.       Gerakan Pembaharuan Jamaluddin al-Afgani (1839-1897)
Nama lengkapnya adalah Sayyid Jamaluddin al-Afghani. Ia lahir di Asadabad tahun 1839 dan wafat di Istambul tahun 1897. Ia mendapat gelar sayyid karena ia keturunan Husain bin Ali bin Abi Thalib. Sejak kecil, ia sudah belajar membaca AL-Qur’an, bahasa Arab, dan Persia, serta ilmu-ilmu lainnya, seperti tafsir, hadits tasawuf, dan filsafat.
      Pada usia 20 tahun, ia sudah menjadi pembantu Pangeran Muhammad Khan di Afghanistan. Pada tahun 1864, ia menjadi panasehat Ali Khan dan menjadi perdana menteri pada masa pemerintahan Muhammad ‘Azam Khan. ia banyak memperoleh pengalaman dalam pengembaraannya ke beberapa Negara. Mula-mula ke India tahun 1869, lalu ke Mesir memberi kuliah di hadapan kaum intelektual di Al-Azhar pada tahun 1871. Diantara muridnya yang terkenal adalah Muhammad Abduh dan Sa’ad Zaglul.
      Ketika terjadi persoalan politik di Mesir, ia pergi Paris (Prancis). Di kota ini dia mendirikan sebuah organisasi bernama AL-Urwatul Wusqa yang beranggotakan muslim militan  di Mesir, Suriyah, dan Afrika Utara. Organisasi ini bertujuan mempercepat  persaudaraan islam, membela, dan mendorong umat islam  untuk mencapai kemajuan.
      Berikut ini beberapa pemikiran Al-Afghani tentang pembaruan umat Islam :
a.       Kemunduran umat Islam bukan karena Islam tidak sesuai dengan perkembangan zaman dan perubahan kondisi. Kemunduran itu disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa  faktor itu adalah sebagai berikut :
a)      Umat Islam telah dipengarui oleh sifat statis, berpegang pada taklid, dan bersikap fatal
b)      Umat Islam telah meninggalkan akhlak yang tinggi dan telah melupakan ilmu pengetahuan.
c)      Di bidang politik , kesatuan umat Islam menjadi terpecah belah.
b.      Untuk mengembalikan kejayaan pada masa lalu dan sekaligus menghadapi dunia modern, umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang murni dan Islam harus dipahami dengan akal serta kebebasan.
c.       Corak pemerintahan otokrasi dan absolut harus diganti dengan pemerintahan demokratis. Kepala negara harus bermusyawarah dengan pemuka masyarakat yang berpengalaman.
d.      Tidak ada pemisahan antara agama dan politik. Pan Islamisme atau rasa solidaritas antara umat Islam harus dihidupkan kembali.



C.       Gerakan Pembaharuan Muhammad Rasyid Ridha (1865-1935)
Rasyid Ridha lahir di Al-Qalamun pada tanggal 23 September 1865. Ada yang mengatakan silsilahnya bersambung dengan Nabi Muhammad SAW. melalui garis keturunan Husain bin Ali bin Abi Thalib sehingga ia mendapat gelar sayyid. Ia dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan keluarga terhormat serta taat agama.
Disamping belajar di Madrasah Al-Qhataniyah, Rasyid Ridha tekun mengikuti berita perkembangan dunia islam melalui surat kabar Al-Urwatul Wusqa, yang dipimpin oleh Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh. Melalui surat kabar tersebut, ia mengenal gagasan dua tokoh pembaru yang sangat dikaguminya itu. Ide-ide yang dikumandangkan oleh ke dua tokoh tersebut sangat berkesan dalam diri Rasyid Ridha sehingga menimbulkan keinginan yang kuat di hatinya untuk bergabung dan berguru kepada keduanya.
Keinginan Rasyid Ridha untuk bertemu dengan Jamaluddin al-Afghani tidak tercapai karena lebih dahulu meninggal sebelum Rasyid Ridha menjumpainya. Sebaliknya, Muhammad Abduh dapat dijumpainya setelah ia dibuang di Beirut (Libanon). Pertemuan dialog antara Ridha dan Abduh semakin menumbuhkan semangat juang dalam dirinya untuk melepaskan umat Islam dari belenggu keterbelakangan dan kebodohan.
Rasyid Ridha banyak menyerap pikiran dan pandangan Muhammad Abduh dalam usaha memajukan umat Islam. Setelah Muhammad Abduh diizinkan kembali ke Mesir, Rasyid Ridha mengusulkan kepada gurunya agar ia menerbitkan sebuah majalah. Maka terbitlah majalah yang diberi nama Al- Manar, nama yang diusulkan oleh Rasyid Ridha .
Adapun pemikiran Rasyid Ridha tentang pembaruan Islam sebagai berikut :
a.         Sikap aktif dan dinamis di kalangan umat Islam harus ditumbuhkan.
b.        Umat Islam harus meninggalkan sikap pemikiran kaum jabariyah
c.         Akal dapat digunakan untuk menafsirkan ayat ataupun Hadits dengan tidak meninggalkan prinsip umum.
d.        Umat Islam harus menguasai sains dan teknologi jika ingin maju.
e.         Kemunduran umat Islam disebabkan adanya unsur bid’ah dan khurafat yang masuk ke dalam ajaran Islam.
f.         Kebahagiaan di dunia dan di akhirat diperoleh melalui hukum yang diciptakan Allah SWT.
g.        Perlu menghidupkan kembali sistem pemerintahan khalifah.
h.        Khalifah adalah penguasa di seluruh dunia Islam yang mengurusi bidang agama dan politik .
i.           Khalifah haruslah seorang mujtahid besar dengan bantuan para ulama dalam menerapkan prinsip hukum dalam Islam sesuai dengan tuntutan zaman.

D.      Pemikiran Mustafa Kemal Pasha Attaturk
Mustafa Kemal Ataturk lahir di Salonika pada tahun 1881. Orang tuanya bernama Ali
Riza seorang pegawai biasa di salah satu kantor pemerintah di kota itu, sedangkan ibunya bernama Zubayde, seorang wanita yang amat dalam perasaan keagamaannya. Ali Riza meninggal dunia saat Mustafa Kemal berusia tujuh tahun. Ia kemudian diasuh oleh ibunya.
Riwayat pendidikan Mustafa Kemal dimulai sejak tahun 1893 ketika ia memasuki sekolah Rushdiye (sekolah menengah militer Turki).
Pembaruan Turki sesungguhnya telah sejak lama dilakukan oleh generasi Turki, jauh sebelum pembaruan yang dilakukan oleh Mustafa Kemal Ataturk. Pembaruan di bidang militer dan administrasi, sampai kepada pembaruan di bidang ekonomi, sosial dan keagamaan, telah dilakukan oleh generasi Turki pada era Tanzimat yang berlangsung dari tahun 1839 sampai dengan 1876, kemudian pada era Usmani Muda yang berlangsung dari dekade 1860-an sampai dengan dekade 1870-an merupakan reaksi atas program Tanzimat yang mereka anggap tidak peka terhadap tuntutan sosial dan keagamaan, dan pada akhir dekade 1880-an, terbentuklah era baru generasi muda Turki. Generasi baru Turki ini menamakan diri mereka sebagai Kelompok Turki Muda (Ottoman Society for Union and Progress). Kelompok ini secara nyata mempertahankan kontinuitas imperium Usmani, tetapi secara tegas mereka melakukan agitasi terhadap restorasi rezim Parlementer dan kontitusional.
Pemikiran pembaruan Turki yang dimiliki oleh Mustafa Kemal Ataturk boleh dianggap merupakan sintesa dari pemikiran ketiga generasi Turki sebelumnya. Bahkan, prinsip pemikiran pembaruan Turki yang diketengahkan di dalam frame kebangsaan masyarakat Turki saat ini adalah reduksi pemikiran dari seorang pemikir Turki yang dianggap sebagai Bapak Nasionalisme Turki, yakni Ziya Gokalp.
Dalam catatan kaki Ajid Thohir, di dalam bukunya Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam : Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, disebutkan bahwa pemikiran pembaruan Turki telah dilakukan oleh tokoh-tokoh, seperti : Mustafa Rasyid Pasha (1800) dan Mehmet Shidiq Ri’at (1807) dari generasi Tanzimat; Ziya Pasha (1825-1876), Namik Kemal (1840-1880) dan Midhat Pasha (1822-1883) dari generasi Usmani Muda; dan, Ahmad Riza (1859-1931) dan Mehmed Murad (1853-1912) dari generasi Turki Muda. Sedangkan, pemikiran yang paling dekat dengan gerakan pembaruan Turki yang dilaksanakan oleh Mustafa Kemal adalah pemikiran Ziya Gokalp, yang secara sistematis mencanangkan program-program pembaruannya dalam berbagai aspek yang ia sebut sebagai The Programe of Turkism, yakni : Linguistic Turkism, Aesthetic Turkism, Ethical Turkism, Legal Turkism, Economic Turkism, Political Turkism, dan Philosopical Turkism.
Prinsip Pemikiran Pembaruan Mustafa Kemal di awali ketika ia ditugaskan sebagai attase militer pada tahun 1913 di Sofia. Dari sinilah ia berkenalan dengan peradaban Barat, terutama sistem parlementernya. Adapun prinsip pemikiran pembaharuan Turki yang kemudian menjadi corak ideologinya terdiri dari tiga unsur, yakni; nasionalisme, sekularisme dan westernisme.
Pertama, unsur nasionalisme dalam pemikiran Mustafa Kemal diilhami oleh Ziya Gokalp (1875-1924) yang meresmikan kultur rakyat Turki dan menyerukan reformasi Islam untuk menjadikan Islam sebagai ekspresi dari etos Turki. Dalam koridor pemahaman Mustafa Kemal, Islam yang berkembang di Turki adalah Islam yang telah dipribumikan ke dalam budaya Turki. Oleh karenanya, ia berkeyakinan bahwa Islam pun dapat diselaraskan dengan dunia modern. Turut campurnya Islam dalam segala lapangan kehidupan akan membawa kemunduran pada bangsa dan agama. Atas dasar itu, agama harus dipisahkan dari negara. Islam tidak perlu menghalangi adopsi Turki sepenuhnya terhadap peradaban Barat, karena peradaban Barat bukanlah Kristen, sebagaimana Timur bukanlah Islam.
Kedua, unsur sekularisme. Unsur ini sebenarnya adalah implikasi dari pemahaman westernisme Mustafa Kemal. Pada prinsip ini, salah seorang pengikut setia Mustafa Kemal, Ahmed Agouglu menyatakan bahwa indikasi ketinggian suatu peradaban terletak pada keseluruhannya, bukan secara parsial. Peradaban Barat dapat mengalahkan peradaban-peradaban lain, bukan hanya karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya, tetapi karena keseluruhan unsur-unsurnya. Peperangan antara Timur dan Barat adalah peperangan antara dua peradaban, yakni peradaban Islam dan peradaban Barat. Di dalam peradaban Islam, agama mencakup segala-galanya mulai dari pakaian dan perkakas rumah sampai ke sekolah dan institusi. Turut campurnya Islam dalam segala lapangan kehidupan membawa kepada mundurnya Islam, dan di Barat sebaliknya sekularisasilah yang menimbulkan peradaban yang tinggi itu. Jika ingin terus mempunyai wujud rakyat Turki harus mengadakan sekularisasi terhadap pandangan keagamaan, hubungan sosial dan hukum. Menurut versi Mustafa kemal, sekularisme bukan saja memisahkan masalah bernegara (legislatif, eksekutif dan yudikatif) dari pengaruh agama melainkan juga membatasi peranan agama dalam kehidupan orang Turki sebagai satu bangsa. Sekularisme ini adalah lebih merupakan antagonisme terhadap hampir segala apa yang berlaku di masa Usmani.
Ketiga, unsur wasternisme. Dalam unsur ini, Mustafa Kemal berpendapat bahwa Turki harus berorientasi ke Barat. Ia melihat bahwa dengan meniru barat negara Turki akan maju. Unsur westernisme dalam prinsip pemikiran Mustafa Kemal mendapatkan momennya ketika dalam salah satu pidatonya ia mengatakan bahwa kelanjutan hidup suatu masyarakat di dunia peradaban modern menghendaki perobahan dalam diri sendiri. Di zaman yang dalamnya ilmu pengetahuan mampu membawa perobahan secara terus-menerus, maka bangsa yang berpegang teguh pada pemikiran dan tradisi yang tua lagi usang tidak akan dapat mempertahankan wujudnya. Masyarakat Turki harus dirubah menjadi masyarakat yang mempunyai peradaban Barat, dan segala kegiatan reaksioner harus dihancurkan.
Dari ketiga prinsip di atas, kemudian melahirkan ideologi kemalisme, yang terdiri atas: republikanisme, nasionalisme, kerakyatan, sekularisme, etatisme, dan revolusionisme. Ideologi yang diasosiasikan dengan figur Mustafa Kemal ini kemudian berkembang di Turki dan dikembangkan oleh pengikutnya. Dan jika dilihat dari perkembangan tersebut di atas, Republik Turki adalah negara sekuler. Tetapi meskipun begitu, apa yang diciptakan Mustafa Kemal belumlah negara yang betul-betul sekuler.
Mustafa Kemal sebenarnya seorang nasionalis pengagum barat, yang Islam maju, sebab itu perlu diadakan pembaharuan dalan soal agama untuk disesuaikan dengan bumi Turki. Islam adalah agama rasional dan perlu bagi manusia, tetapi agama yang rasional ini telah dirusak oleh ulama-ulama oleh karena itu, usaha sekularisasinya berpusat pada menghilangkan kekuasaan golongan ulama dalam soal negara dan politik. Negara harus dipisahkan dari agama.
Dengan pandangan Mustafa Kemal seperti yang disebutkan di atas, maka lahirlah pendapatnya antara lain; Qur’an perlu diterjemahkan kedalam bahasa Turki, azan juga perlu dengan bahasa Turki, khutbah dengan bahasa Turki. Madrasah yang sudah ketinggalan zaman ditutup, diganti fakultas Ilahiyat untuk mendidik imam sholat, khotib-khotib, dan pembaharuan-pembaharuan yang diperlukan. Akan tetapi prinsif dan pandangan Mustafa Kemal seperti yang telah dikemukakan diatas, tidak serta merta menghilangkan kultur keagamaan sebagai buktinya Mustafa Kemal mendirikan penggantinya yaitu Departemen Urursan Agama. Negara menjamin kebebasan beragama, sehingga sekularisasi yang dijalankan tidak menghilangkan agama. Yang berusaha dihapus adalah kekuasaan ulama dalam soal politik dan negara. Karena Mustafa Kemal berpendapat agama adalah masalah pribadi.
Mencermati pemikiran yang dikembangkan seorang Mustafa Kemal yang kemudian diaplikasikan sebagai bentuk ide pembaharuan pada kultur Turki adalah sebuah keniscayaan berdasarkan tuntutan situasi dan zaman saat itu. Betapa tidak bahwa Islam yang berkembang sejak abad ke VII di jazirah Arab yang kemudian merambah keluar Arab, didalam perjalananya mengalami gesekan dan pergeseran prinsif dan kepentingan.
Sebagai akumulasi gejolak pemikiran dari para tokoh pembaharu yang mengembangkan ide perubahan khususnya di Turki, yang kemudian diwujudkan oleh seorang Mustafa Kemal mendirikan Negara Republik Turki Modern. Penulis berpandangan bahwa usaha ini adalah sebuah tindakan dari ide cemerlang untuk mengembalikan dogma prinsif al-Qur’an yang mengedepankan prinsif musyawarah.
Nasionalisme, sekularisme, dan westernisme yang menjadi ciri khas ide pembaharuan Mustafa Kemal adalah sebuah konsekwesi logis dalam rangka membangun tatanan dan corak kultur kehidupan masyarakatnya yang akan didesain sebagai masyarakat modern dalam urusan bernegara, dan tetap menjamin berlangsungnya budaya kehidupan beragama bagi masyarakatnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan didirikannya ”Fakultas Ilahiyat” dan dibentuknya ”Departemen Urusan Agama” dalam pemerintahannya.

E.     Gerakan Pembaharuan Muhammad Iqbal (1876-1938)
      Muhammad Iqbal lahir di Sialkot, Punjab pada tanggal 2 Februari 1873 M. Ia adalah seorang penyair, filusuf, dan mujadid. Muhammad Iqbal mendapat pendidikan pertama di Murray College, Sialkot. Di sini, ia bertemu dengan ulama besar Sayyid Mir Hasan, guru dan sahabat karib ayahnya. Ia melanjutkan studinya di Government College Lahore dan memperoleh gelar Master of Art (MA). Atas saran Sir Thomas Arnold, ia melanjutkan studinya di Trinity College, Universitas Cambridge, Inggris. Dua tahun kemudian, ia pindah ke Munchen, Jerman untuk lebih memperdalam filsafatnya. Di sinilah ia mendapat gelar Doctor of Pbilosopy (Ph.D).
      Pada tahun 1908, ia kembali ke Lahore dengan membuka praktik sebagai pengacara dan sebagai dosen filsafat. Ia pun pernah menjadi Presiden Liga Muslim pada tahun 1938. Adapun ide Muhammad Iqbal tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut :
a)        Ijtihad mempunyai kedudukan penting dalam pembaruan Islam dan pintu ijtihad tetap terbuka.
b)        Umat Islam perlu mengembangkan sikap dinamis. Dalam syiarnya, ia mendorong umat Islam untuk bergerak dan jangan tinggal diam.
c)        Kemunduran umat Islam disebabkan oleh kebekuan atau kejumudan dalam berpikir.
d)       Hukum Islam tidak bersifat statis, tetapi dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
e)        Umat Islam harus menguasai sains dan teknologi yang dimiliki Barat.
f)         Perhatian umat Islam terhadap zuhud menyebabkan mereka kurang memerhatikan masalah- masalah keduniaan dan sosial dan kemasyarakatan.

2.1.3. Ibrah Perkembangan Islam Pada Masa Modern
Pembaruan dalam Islam atau gerakan Islam modern merupakan jawaban yang ditujukan terhadap krisis yang dihadapi umat Islam pada masanya. Kemunduran Kerajaan Turki Utsmani yang merupakan pemangku khilafah Islam setelah abad ke-17 telah melahirkan kebangkitan Islam. Salah satu gerakan pembaruan yang terkenal adalah Wahabi, sebuah gerakan reformis puritan. Gerakan ini merupakan sarana yang menyiapkan jembatan ke arah pembaruan Islam abad ke-20 yang lebih bersifat intelektual.
Pendorong gerakan pembaruan Islam yang terkenal adalah Jamaluddin al- Afghani (1897). Ia mengajarkan solidaritas Pan-Islam dan pertahanan terhadap imperialisme Eropa dengan kembali kepada Islam dalam suasana yang ilmiah dan modernis.
Gerakan yang lahir di Timur Tengah itu telah memberikan pengaruh besar kepada gerakan kebangkitan Islam di Indonesia. Bermula dari pembaruan pemikiran dan pendidikan Islam di Minangkabau yang disusul oleh pembaruan pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat Arab di Indonesia. Kebangkitan Islam di Indonesia makin berkembang dengan terbentuknya organisasi-organisasi sosial keagamaan, seperti Sarikat Dagang Islam (SDI) di Solo (1911), Persyarikatan Ulama di Majalengka (1911), Muhammadiyah di Yogyakarta (1912), Persatuan Islam (Persis) di.Bandung(1923), Nahdlatul Ulama (NU) di Surabaya(1926), dan Persatuan seperti Sarikat Islam (SI) yang merupakan kelanjutan dari SDI, Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) di Padang Panjang (1932), yang merupakan kelanjutan dan perluasan dari organisasi pendidikan Thawalib, dan Partai Islam Indonesia (PII) pada tahun 1938.
Sementara itu, hampir pada waktu yang bersamaan, pemerintah penjajah menjalankan Politik Etis atau politik balas budi. Belanda mendirikan sekolah-sekolah formal bagi bumi putera, terutama dari kalangan priyayi dan kaum bangsawan. Pendidikan Belanda tersebut membuka mata kaum terpelajar akan kondisi masyarakat Indonesia. Pengetahuan mereka akan kemiskinan, kebodohan, dan ketertindasan masyarakat Indonesia pada saatnya mendorong lahirnya organisasi-organisasi sosial, seperti Budi Utomo, Taman Siswa, Jong Java Sumatranen Bond, Jong Ambon, dan Jong Celebes.
Organisasi-organisasi sosial keagamaan Islam dan organisasi-organisasi yang didirikan kaum terpelajar di atas menandakan tumbuhnya benih-benih nasionalisme dalam pengertian modern.
Secara umum, ibrah yang dapat diambil dari gerakan pembaruan Islam antara lain sebagai berikut :
a)        Bidang Akidah
Dalam bidang akidah, gerakan ini berusaha melakukan pembaruan dalam pemahaman ajaran Islam karena banyak paham yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, antara lain berkembangnya paham fatalisme, dan masuknya budaya syirik (takhayul, bid’ah, dan khurafat) ke dalam ajaran Islam.
b)        Bidang Politik
Dalam bidang politik, gerakan ini berusaha melakukan pembaruan dengan tujuan membebaskan diri dari penjajah.
c)        Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan, gerakan ini berusaha melakukan pembaruan dalam pendidikan dengan cara melakukan perubahan kurikulum pendidikan dan memadukannya dengan pendidikan modern.
d)       Bidang Ekonomi
Dalam bidang ekonomi gerakan ini berusaha melakukan perubahan ekonomi karena penjajahan menimbulkan kemiskinan dan kesengsaraan. Selain itu, pada masa pembaruan telah bermunculan para sastrawan yang karya-karyanya bernuansa islami di berbagai negara.





1.1.2. Perkembangan Islam di Indonesia
A.      Asal Usul Islam Masuk ke Indonesia
Di tinjau dari sudut sejarah, agama Islam masuk ke Indonesia melalui berbagai cara. Pada umumnya masuknya Islam ke Indonesia melalui para pedagang dari jazirah Arab, Persia, dan India pada abad ke-7 M.[2] Para pedagang tersebut menyebarkan Islam dengan cara berdagang dengan penduduk Indonesia, menikahi penduduk Indonesia, atau meliputi pendidikan yang meliputi kesenian, pemerintahan, dan tasawuf kepada masyarakat Indonesia hingga Islam bisa diterima dan menjadi mayoritas di Indonesia.
Dalam perkembangan selanjutnya, Islam berkembang dengan menyatukan budaya lokal Indonesia dengan ajaran Islam. Namun, perpaduan itu tidak menyebabkan ajaran Islam keluar dari jalurnya dan tetap berpegang teguh pada tuntunan Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Pada umumnya pembawa agama Islam ke Indonesia adalah para pedagang yang berasal dari Arab. Selain berdagang, mereka merasa berkewajiban menyiarkan agama Islam kepada orang lain. Agama Islam masuk ke Indonesia dengan cara damai, tidak dengan kekerasan atau peperangan, dan tidak dengan paksaan. Adapun daerah Indonesia yang mula-mula di masuki islam adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Jawa Tengah. Kemudian agama Islam berkembang ke seluruh pelosok tanah air.
Berikut ini pendapat beberapa ahli tentang waktu dan daerah yang mula-mula di masuki Islam di Indonesia :
1.      Drs. Juned Pariduri
Beliau menyimpulkan bahwa agama Islam pertama kali masuk Indonesia melalui daerah Sumatera Utara (Tapanuli) pada abad ke-7, hal ini didasarkan pada penyelidikannya terhadap sebuah makam Syekh Mukaiddin di Tapanuli yang berangka tahun 48 H (670 M).
2.      Hamka
Hamka berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Jawa pada abad ke-7 (674), yang didasarkan pada kisah sejarah yang menceritakan tentang Raja Ta-Cheh yang mengirimkan utusan menghadap Ratu Sima dan menaruh pundi-pundi yang berisi emas di tengah-tengah jalan dengan maksud menguji kejujuran, keamanan, dan kemakmuran negeri itu. Menurut Hamka, Raja Ta-Cheh adalah Raja Arab Islam.
3.      Zainal Arifin Abbas
Beliau berpendapat bahwa agama Islam masuk di Sumatera Utara pada abad ke-7 (648). Beliau juga mengatakan pada waktu itu datang di Tiongkok seorang pemimpin Islam yang telah mempunyai pengikut di Sumatera Utara.
Berdasakan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa agama Islam masuk di Indonesia pada abad ke-7. Pada abad ke 13 agama Islam berkembang dengan pesat ke seluruh Indonesia. Hal itu di tandai dengan adanya penemuan-penemuan batu nisan atau makam-makam yang berciri khas Islam, misalnya di Leran (dekat Gresik) terdapat sebuah batu yang berisi tentang meninggalnya seorang perempuan bernama Fatimah binti Maimun pada tahun 1082 M dan makam-makam Islam di Tralaya yang berasal dari abad ke-13 M[3]dan di Samudera Pasai terdapat makam-makam raja Islam, di antaranya makam Sultan Malik as-Saleh yang meninggal tahun 676 H atau 1292 M.

B.       Proses Masuknya Islam ke Nusantara
Masuknya islam di Indonesia berlangsung secara damai dan menyesuaikan dengan adat serta istiadat penduduk lokal. Ajaran islam yang tidak mengenal perbedaan kasta membuat ajaran ini sangat diterima penduduk lokal. Proses masuknya islam dilakukan melalui cara berikut ini.
1. Perdagangan
Letak Indonesia yang sangat strategis di jalur perdagangan di masa itu membuat Indonesia banyak disinggahi para pedagang dunia termasuk pedagang muslim. Banyak dari mereka yang akhirnya tinggal dan membangun perkampungan muslim, tak jarang mereka juga sering mendatangkan para ulama dari negeri asal mereka untuk berdakwah. Hal inilah yang diduga memiliki peran penting dalam penyebaran ajaran Islam di nusantara.
2. Perkawinan
Penduduk lokal beranggapan bahwa para pedagang muslim ini adalah kalangan yang terpandang, sehingga banyak penguasa pribumi yang menikahkan anak mereka dengan para pedagang muslim. Sebagai sayarat sang gadis harus memeluk islam terlebih dahilu, hal inilah yang diduga memperlancar penyebaran ajaran islam.
3. Pendidikan
Setelah perkampungan islam terbentuk, mereka mulai mendirikan fasilitas pendidikan berupa pondok pesantren yang dipimpin langsung oleh guru agama dan para ulama. Para lulusan pesantren akan pulang ke kampung halaman dan menyebarkan ajaran islam di daerah masing-masing.
Wayang merupakan warisan budaya yang masih terjagan hingga saat ini, dalam penyebaran ajaran islam wayang memiliki perang yang sangat konkrit. Contohnya sunan kalijaga yang merupakan salah satu tokoh islam menggunakan pementasan wayang untuk berdakwah
C.      Perkembangan Islam di Berbagai Wilayah
1.      Perkembangan Islam di Sumatera
Agama Islam masuk ke Sumatera sekitar abad ke-7. Pertumbuhan Islam di Sumatera ditandai dengan berdirinya kerajaan Islam pertama di Sumatera dan juga pertama di Indonesia, yaitu kerajaan Samudera Pasai di Aceh yang didirikan oleh raja pertama yaitu Malik al-Saleh[4]. Selanjutnya agama Islam berkembang hampir ke seluruh wilayah Sumatera. Seperti Tapanuli, Riau, Minangkabau, Kerinci, Bangka, Belitung, Indragiri, Lampung serta daerah-daerah lainnya.
2.      Perkembangan Islam di Jawa
Agama Islam masuk ke Jawa Tengah pada masa pemerintahan Sima (674). Kerajaan Islam pertama adalah kerajaan Demak yang dipimpin oleh raja pertama yaitu Raden Patah. Sedangkan masuknya Islam di Jawa Timur terbukti dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun pada tahun 1082 dan ditemukannya batu nisan bertuliskan Arab yang kemudian disebut “batu leran”. Masuknya Islam di Jawa Barat disiarkan oleh Haji Purba pada saat pemerintahan Prabu Mundingsari pada tahun 1190. Perkembangan agama Islam di Jawa juga tidak dapat lepas dari peranan dan andil Wali Songo.
3.      Perkembangan Islam di Sulawesi
           Perkembangan agama Islam di Sulawesi tidak sebaik dan sepesat di Jawa dan Sumatera. Cara pengislaman di Sulawesi juga dilakukan dengan cara damai, tanpa kekerasan, peperangan, atau paksaan. Terkadang timbul pertentangan antara kerajaan yang telah Islam dengan kerajaan yang belum memeluk Islam. Pertentangan tersebut bukan karena masalah agama, akan tetapi masalah politik, misalnya Kerajaan Gowa dengan Kerajaan Sopeng.
Adapun yang menyiarkan agama Islam di Sulawesi adalah Dato’ri Bandang dan Dato’ Sulaeman. Dato’ri Bandang adalah murid Sunan Giri dan beliau mengajarkan agama Islam kepada rakyat dan para raja. Daerah pelopor pengembangan agama Islam adalah di Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo di Sulawesi Selatan. Kedua kerajaan itu kemudian bergabung menjadi Makassar. Raja Gowa menjadi raja Makassar kemudian bergelar Sultan Alaudin. Sedangkan Raja Tallo menjadi Mangkubumi dengan gelar Sultan Abdullah.
4.      Perkembangan Islam di Kalimantan
Sekitar tahun 1550 di Banjar berdiri kerajaan Islam dengan rajanya bergelar Sultan Suryanullah. Sejak itu pula rakyat Banjar banyak yang memeluk agama Islam. Begitu pula daerah-daerah di bawah kekuasaan Banjar, satu persatu masuk Islam sehingga agama Islam dengan cepat dan pesat berkembang di Kalimantan.
Sebelum agama Islam masuk ke Dayak, suku Dayak menyembah berhala. Kemudian lama-lama mereka banyak yang memeluk agama Islam. Pengislaman di Dayak melalui jalan perdagangan, pernikahan, dan dakwah. Penyiaran Islam di Dayak dilakukan oleh pendatang dari Arab, Bugis, dan Melayu. Perkembangan Islam selanjutnya dilakukan oleh keturunan-keturunan mereka.

D.      Peran Ulama
Proses penyebaran Islam di wilayah Nusantara tidak dapat dilepaskan dari peran aktif yang dilakukan oleh para ulama. Melalui merekalah Islam dapat diterima dengan baik dikalangan masyarakat Nusantara. Para ulama yang pertama kali menyebarkan Islam di Nusantara antara lain sebagai berikut :
a.       Hamzah Fansuri
Hamzah Fansuri hidup pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, sekitar tahun 1590. Pengembaraan intelektualnya tidak hanya di Fansur, Aceh, tetapi juga ke India, Persia, Makkah dan Madinah. Karena itu ia menguasai berbagai bahasa selain bahasa Melayu. Dalam pengembaraannya itu, ia sempat mempelajari ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, sejarah dan sastra Arab. Usai menjalani pengembaraan intelektualnya, Hamzah Fansuri kembali ke kampung halamannya di Fansur, Aceh,untuk mengajarkan keilmuan Islam yang diperolehnya dari guru-guru yang didatanginya di negeri-negeri yang telah disinggahi. Ia mengajarkan keilmuan Islam tersebut di Dayah (pesantren) di Obob Simpangkanan, Singkel.
Hamzah Fansuri bukan hanya sebagai seorang ulama, sufi dan sastrawan terkemuka, ia juga sebagai perintis pengembangan peradaban Islam di Nusantara. Dalam bidang keilmuan tafsir, Hamzah Fansuri telah mempelopori penggunaan metode ta’wil. Hal ini dapat dilihat dari karyanya Asrarul Arifin.
b.      Syamsudin Al-Sumatrani
Syamsudin Al-Sumatrani merupakan salah seorang ulama terkemuka di Aceh dan Nusantara yang hidup pada abad ke-16. Syamsudin Al-Sumatrani memiliki peran dan posisi penting di istana kerajaan Aceh Darussalam, karena is berprofesi sebagai Qadli (Hakim Agung), juga kedekatannya dengan Sultan Iskandar Muda sebagai seorang Syeikh Al Islam. Syeikh Al Islam merupakan gelar tertinggi untuk ulama, kadi, imam atau syeikh, penasihat raja, imam kepala, anggota tim perundingan dan juru bicara Kerajaan Aceh Darussalam. Karya-karya Syamsudin Al-Sumatrani adalah : Jaubar Al-Haqaid, Risalah Al-Baiyyin al-Mulahaza Al-Muwahhidin Wa Al-Mubiddinfi Dzikr Allah, Mir’ah Al-Mukminin, Syarah Ruba’i Hamzah Fansuri, Syarah Syair Ikan Tongkol.
c.       Nuruddin Ar-Raniri
Nuruddin Ar-Raniri dilahirkan di Ranir (sekarang Render), sebuah pelabuhan tua di Gujarat. Ayahnya berasal dari keluarga imigran Arab Hadramy, Arab Selatan, yang menetap di Gujarat India. Meskipun ia keturunan Arab, Ar-Raniri dianggap lebih dikenal sebagai seorang ulama Melayu dari pada India atau Arab.
Ar-raniri diangkat sebagai Syeikh Al Islam, pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Tsani. Dengan memperoleh dukungan dari sultan, Ar-Raniri mulai melancarkan berbagai pembaruan pemikiran Islam di tanah Melayu, khususnya di Aceh. Selama lebih kurang tujuh tahun, ia menentang doktrin wujudiah yang diajarkan oleh Hamzah Fansuri dan Syamsudin Al-Sumatrani. Diantara karya Ar-Raniri adalah Shiratal Mustaqiem dalam bidang tasawuf, dan Durratul Aqaid bisyarbil-Aqaid dalam bidang akidah Islam.
d.      Abdurrauf Singkel
Abdurrauf Singkel lahir di Singkel pada tahun 1024 H/1615 M. Ia memperoleh pengetahuan Islam dari ayahnya yang seorang ulama. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya di Banda Aceh. Setelah itu melanjutkan ke Haramain pada tahun 1052 H/1642 M. Abdurrauf kembali ke aceh pada tahun 1584 H/1661 M. Karyanya yang paling terkenal adalah Tafsir Tarjuman Al-Mustafid (Tafsir Penafsir yang Bermanfaat) dan Al-Miratu Thulab fi tashilil Ma’rifatul Ahkamus Syar’iyyah lil Malikil Wahhab (Cermin Mudd untuk Memudahkan Pengetahuan tentang Hukum Syari’at yang Dihadiahkan kepada raja) dalam bidang fikih muamalah.
e.       Syeikh Muhammad Yusuf Al-Makassari
Muhammad Yusuf bin Abdullah Abul Mahasin Al-Tajul-Khalwati Al-Makassari, dilahirkan di Moncong Loe, Gowa, Sulawesi Selatan pada tanggal 3 Juli 1626 M/1037 H. Ia berasal dari keluarga yang taat beragama. Ia belajar bahasa Arab, fikih, tauhid, dan tasawuf kepada Sayid Ba Alwi bin Abdullah Al-‘Allaham Al-Thahir, seorang Arab yang menetap di Bontoala. Setelah berusia 15 tahun, ia melanjutkan pelajarannya di Cikoang dengan Jalaluddin Al-Aydid, seorang guru pengembara, yang datang dari Aceh ke Kutai, sebelum sampai di Cikoang.
Diantara karyanya adalah menyalin kitab Ad-Durrah Al-Fakbira (Mutiara yang Membanggakan), dan Risalah fil-Wujud (Tulisan tentang Wujud)
f.       Syeikh Abdussamad Al-Palimbani
Syeikh Abdussamad Al-Palimbani merupakan salah seorang ulama terkenal yang berasal dari Palembang, Sumatra Selatan. Ayahnya adalah seorang sayid dari San’a, Yaman, yang sering melakukan perjalanan ke India dan Jawa sebelum menetap di Kedah, Semenanjung Malaka. Di Kedah, ia diangkat menjadi Qadli (Hakim Agung) di Kesultanan Kedah.
Salah satu karyanya adalah Nasihah Al-Muslimin wa Tazkiyarah Al-Mukmininfi Tadla’ililfibadfi Sabilillah (Nasihat bagi Kaum Muslimin dan Peringatan bagi Orang Beriman tentang Keutamaan Jihad di Jalan Allah)
g.      Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari
Muhammad Arsyad Al-Banjari lahir pada tahun 1122 H/1710 M di Martapura, Kalimantan Selatan. Ia memperoleh pendidikan dasar keagamaan dari ayahnya dan para guru setempat didesanya sendiri. Dalam usia 7 tahun, Muhammad Arsyad telah mampu membaca al-qur’an secara sempurna. Kemampuan ini menarik perhatian Sultan Tahlilullah sehingga ia di minta tinggal bersama sultan di istana. Di kemudian hari sultan menikahkannya kemudian ia dikirim ke Haramain guna menuntut ilmu atas biaya kesultanan.
Karyanya adalah Sabilul Muhtadin (Jalan bagi Oang yang Mencari Petunjuk) dalam bidang ilmu lahir dan Kanzul Ma’rifah (Gudang Pengetahuan) dalam bidang ilmu batin.
h.      Syeikh Muhammad Nafis Al-Banjari
Muhammad Nafis lahir pada tahun 1148 H/1735 M di Martapura. Ia berasal dari keluarga bangsawan Banjar. Ia merupakan tokoh terpenting kedua setelah Muhammad Arsyad Al-Banjari. Ia meninggal dan di kuburkan di Kelua, sekitar 125 km dari Banjarmasin.
Karya tasawufnya yang terkenal adalah Ad-Durrun Nafis fi Bayanil Wabdab wal Afalul Asma wa Sifat wa Zatut Taqdis.
i.        Syeikh Muhammad bin Umar An-Nawawi Al-Bantani
Muhammad bin Umar An-Nawawi Al-Bantani lahir di Tanara, Serang, Banten pada tahun 1230 H/1813 M. Sejak kecil ia dan kedua saudaranya, Tamim dan Abmad, di didik ayahnya dalam bidang agama, ilmu kalam, ilmu nahwu, fikih dan tafsir. Selain itu ia juga belajar dari Haji Sabal, ulama terkenal saat itu, dan dari Raden Haji Yusuf di Purwakarta Jawa Barat.
Syeikh Nawawi A-Bantani termasuk salah seorang ulama Nusantara yang cukup berpengaruh dan sangat dihormati, bukan hanya di kalangan komunitas melayu Nusantara tetapi juga oleh masyarakat Haramain secara keseluruhan. Posisi sosial keagamaan dan intelektual yang dimilikinya memberi kesempatan kepadanya untuk mengajar pada berbagai halaqah di Masjidil Haram sejak tahun 1860, khususnya di Ma’had Nashr Al-Ma’arif Ad-Diniyah, hingga akhirnya ia memperoleh gelar sebagai “Syeikh Al-Hijaz”
j.        Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau
Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau lahir di Bukittinggi, Sumatra Barat pada tahun 1276 H/1855 M. Ayahnya adalah seorang jaksa di Padang, sedangkan ibunya adalah anak dari Tuanku Nan Renceh, seorang ulama terkemuka dari golongan Padri. Ahmad Khatib kecil memperoleh pendidikan awal pada sekolah pemerintah yang didirikan Belanda, yaitu sekolah rendah dan sekolah guru di kota kelahirannya. Kemudian pada tahun 1876, Ahmad Khatib melanjutkan pendidikan agamanya di Makkah, tempat kelak ia memperoleh kedudukan tinggi dalam mengajarkan agama dan imam dari madzhab Syafi’i di Masjidil Haram.
E.       Wali Songo
Dalam sejarah penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa terdapat sembilan orang ulama yang memiliki peran sangat besar. Mereka di kenal dengan sebutan Wali Songo.
1)      Maulana Malik Ibrahim
Maulana Malik Ibrahim nama aslinya adalah Maulana Makhdum Ibrahim As Samarkandy. Beliau lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh pertama pada abad ke-14. Maulana Malik Ibrahim juga disebut Syekh Maghribi. Ia bersaudara sengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudera Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Ibrahim  dan Ishak adalah anak dari seorang Persia, bernama Maulana Jumada’ Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai generasi ke-10 dari Al-Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW. Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama 13 tahun (1379-1392) dan menikah dengan putri raja Campa. Dari perkawinan ini lahir dua putra, yaitu Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadho alias Raden Santri.[5]
Pada tahun 1392, Maulana Malik Ibrahim hijah ke pulau Jawa tepatnya di desa Sembalo (sekarang Leran), Manyar, sebelah utara kota Gresik. Aktivitas pertama yang dilakukan di desa itu adalah berdagang dengan cara membuka warung, yang menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu, Maulana Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara Cuma-Cuma.
2)      Sunan Ampel
Sunan Ampel adalah putra tertua dari Maulana Malik Ibrahim. Nama aslinya adalah Raden Rahmat. Beliau dilahirkan pada 1401 di Campa. Nama Ampel sendiri di identikkan pada nama tempat di mana ia lama bermukim, yaitu di daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini menjadi bagian Surabaya, kota Wonokromo sekarang.[6]
Sunan Ampel masuk ke pulau jawa pada tahun 1443. Sunan Ampel membangun dan mengembangkan pondok pesantren, yang kemudian dikenal dengan sebutan Pesantren Ampel Denta. Pada pertengahan abad ke-15, Pesantren Ampel Denta menjadi pusat Pendidikan Islam yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara, bahkan hingga ke mancanegara. Dalam menyampaikan materi, Sunan Ampel menyampaikan materi yang sangat mendasar dan sederhana. Sunan ampel pula yang mengenalkan istilah Mo Limo (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon).
3)      Sunan Giri
Nama asli Sunan Giri adalah Muhammad Ainul Yaqin. Nama kecil Sunan Giri ialah Raden Paku. Ia lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442. Ayahnya adalah Muhammad Ishak, saudara kandung Maulana Malik Ibrahim. Maulana Ishak berhasil mengislamkan istrinya, tapi gagal mengislamkan sang mertua. Oleh karena itulah ia meninggalkan keluarga istrinya dan berkelana hingga Samudera Pasai.
Sunan Giri kecil menuntut ilmu di Pesantren Ampel Denta yang didirikan oleh Sunan Ampel, Ia juga berkelana ke Malaka dan Pasai. Setelah itu Ia membuka pesantren didaerah perbukitan desa Sidomukti, Selatan Gresik. Materi yang disampaikan Sunan Giri adalah soal akidah dan ibadah dengan pendekatan fikih yang disampaikannya secara lugas. Pesantren ini tidak hanya digunakan sebagai tempat pendidikan, tetapi juga dijadikan sebagai pusat pengembangan masyarakat.
4)      Sunan Bonang
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Beliau lahir pada tahun 1465. Ibunya bernama Nyi Ageng Manila, putri seorang Adipati di Tuban[7]. Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel Denta. Setelah dewasa, ia berkelana untuk berdakwah di berbagai pelosok pulau Jawa. Pada awalnya ia berdakwah di Kediri dan kemudian menetap di Bonang, Lasem, Jawa Tengah. Di desa itu ia membangun pesantren yang kini dikenal dengan nama Watu Layar.
Sunan Bonang juga banyak menulis karya sastra berupa suluk atau tembang tamsil. Salah satunya Suluk Wijil yang dipengaruhi kitab Al-Shidiqkarya Abu Sa’id Al-Khayr. Dan tembang Tombo Ati juga termasuk salah satu karyanya.
5)      Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga adalah seorang wali yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia lahir di sekitar tahun 1450. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban, salah seorang keturunan tokoh pemberontak Majapahit bernama Ronggolawe. Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, atau Raden Abdurrahman.
Dalam melaksanakan gerakan dakwahnya, Sunan Kalijaga menggunakan sarana kesenian dan kebudayaan, misalnya seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk. Beberapa karya Sunan Kalijaga diantaranya adalah menciptakan perayaan sekatenan, grebek maulud, Layang Kalimasada, dan lakon wayang Petruk Jadi Raja.
6)      Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah lahir sekitar tahun 1448. Ibunya adalah Nyai Rara Santang, putri dari Raja Pajajaran, Raden Manah Rarasa. Ayahnya adalah Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina. Sejak kecil Syarif Hidayatullah belajar agama Islam dan baru mulai mendalami ilmu agama secara intensif sejak berusia 14 tahun dari ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke berbagai negara. Setelah berdirinya Kesultanan Bintoro Demak dan atas restu ulama lain, ia mendirikan Kesultanan Cirebon yang juga dikenal sebagai Kasultanan Pakungwati.
Dengan demikian, Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya Wali Songo yang memimpin pemerintahan. Dalam berdakwah, Sunan Gunung Jati mendekati rakyat dengan cara membangun infrastruktur berupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah. Lalu Sunan Gunung Jati juga melakukan ekspedisi ke Banten hingga penguasa banten, Pucuk Umum, menyerahkan dengan sukarela penguasaan wilayah Banten tersebut yang kemudian menjadi cikal bakal Kesultanan Banten.
7)      Sunan Drajat
Sunan Drajat dilahirkan pada 1470. Nama kecil Sunan Drajat adalah Raden Qosim dan bergelar Syaifuddin. Ayahnya adalah Sunan Ampel. Sunan Drajat mendapat tugas pertama kali dari ayahnya untuk berdakwah ke pesisir Gresik, melalui laut. Tetapi ia kemudian terdampar di Dusun Jelog, daerah pesisir Banjarwati atau Lamongan sekarang. Setahun berikutnya, Sunan Drajat pindah ke selatan dan mendirikan padepokan santri Dalem Duwur, yang kini bernama desa Drajat, Paciran, Lamongan.
Sunan Drajat dikenal sebagai seorang yang bersahaja dan suka menolong, serta memelihara anak-anak yatim piatu dan fakir miskin. Dalam berdakwah, Sunan Drajat tidak menggunakan cara dengan mendekati budaya lokal melainkan secara langsung yaitu tentang tauhid dan akidah.
8)      Sunan Kudus
Nama kecil Sunan Kudus adalah Jaffar Shadiq. Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Sunan kudus berdakwah ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo, hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga, yaitu sangat toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Oleh karena itu, para wali menunnjuknya menjadi penyebar Islam di Kudus. Hal itu terjadi karena ia merupakan salah seorang wali yang mencoba mengakomodasi budaya lokal dalam berdakwah di kalangan masyarakat Kudus yang mayoritasnya beragama Hindu.
9)      Sunan Muria
Sunan Muria adalah putra Dewi Saroh dari hasil perkawinannya dengan Sunan Kalijaga. Dewi Saroh adalah adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Muhammad Ishak. Nama kecil Sunan Muria adalah Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari Tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, yaitu sebelah utara kota kudus.
Sunan Muria berdakwah dari Jepara, tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti.

2.2.2. Ibrah Penyebaran Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di Indonesia yang masuk secara damai memberikan kesan mendalam keseluruh masyarakat Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya masyarakat Indonesia yang memeluk Islam. Dari perkembangan Islam di Indonesia ada beberapa hikmah yang perlu kita lakukan Seperti berikut ini :
a.     Berusaha untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan, terutama dengan sesama muslim
b.     Tekun belajar dan tidak pantang menyerah bila menemui hambatan
c.      Rela berkorban untuk kepentingan agama dan bangsa
d.     Selalu melaksanakan ajaran Islam sesuai dengan tuntunan yang telah diberikan Allah SWT dan Rasulullah SAW
e.     Selalu melakukan perbuatan yang bermanfaat dan tidak merugikan orang lain.

2.2.3. Meneladani Tokoh- Tokoh Penyebaran Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di Indonesia tidak lepas dari jasa tokoh-tokoh yang menyebarkannya hingga agama Islam dapat diterima hampir di seluruh wilayah Indonesia. Pada awalnya, tokoh-tokoh yang menyebarkan agama Islam di Indonesia adalah para pedagang yang berasal dari jazirah Arab. Dalam perkembangan selanjutnya, penyebaran Islam di Indonesia dilakukan oleh tokoh-tokoh dari negeri sendiri. Penyebar agama Islam di Indonesia itu pada umumnya datang dari golongan bangsawan. Dari proses panjang penyebaran Islam di Indonesia oleh para tokoh-tokoh tersebut ada beberapa hal yang bisa kita teladani dari sikap dan perilaku tokoh-tokoh tersebut :
1.      Kemauan untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya
2.      Kemauan untuk menyebarkan Islam
3.      Semangat tidak pantang menyerah
4.      Semangat rela berkorban untuk kemaslahatan orang banyak



2.3.1. Perkembangan Islam di Dunia
Agama Islam terus berkembang dan menyebar di seluruh dunia. Perkembangannya mencakup seluruh benua yang ada di dunia. Contohnya perkembangan Islam di Eropa yang mengalami kemajuan pesat. Organisasi-organisasi Islam didirikan sebagai tempat berkumpulnya komunitas muslim. Selain itu banyak masjid dibangun sebagai tempat ibadah bagi kaum muslim. Salah satu masjid yang ada di Eropa adalah Central Mosque di Londen, Inggris.
     Perkembangan Islam di dunia yang meliputi penyebaran Agama Islam, penyebaran Ilmu pengetahuan Islam, penyebaran ajaran Islam dan penyebaran seni serta kebudayaan Islam tidak akan terlaksana tanpa peran serta para pemimpin Islam. Dalam sejarahnya, agama Islam mulai disebarkan setelah Nabi Muhammad SAW menerima perintah dari Allah SWT untuk menyebarkan agama tauhid ini.
     Dalam proses perkembangannya penyebaran Islam tidak selalu melalui jalan yang mulus. Ada kalanya para penyebar Islam harus berhadapan dengan para penguasa daerah setempat yang tidak menginginkan timbulnya kebudayaan dan agama baru di daerah kekuasaan mereka. Halangan-halangan dan berbagai rintangan yang dihadapi para penyebar Islam tersebut pada ahirnya dapat memacu timbulnya konflik yang tidak jarang berahir dengan timbulnya peperangan. Namun, dengan izin Allah SWT banyak peperangan atas dasar Agama Islam dan penyebaran agama Islam yang akhirnya dimenangkan oleh bala tentara Islam.
     Dari berbagai peperangan yang dimenangkan pasukan Islam inilah maka secara otomatis daerah-daerah tersebut dikuasai oleh pasukan Islam. Di daerah-daerah yang dikuasai inilah, diangkat para pemimpin Islam. Setelah di angkat, para pemimpin tersebut menyebarkan ajaran Islam di daerah-daerah yang dikuasainya. Itulah awal mula penyebaran Islam diberbagai belahan dunia.
     Selanjutnya Islam berkembang melalui para pendakwah dan ulama-ulama Islam. Di samping itu, Islam juga berkembang melalui faktor perekonomian. Faktor perekonomiaan ini terutama dilakukan oleh para pedagang Islam yang berdagang hingga keluar dari wilayah tempat tinggalnya. Selain itu, ada pula umat Islam yang pindah ke negara lain untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Di Negara tujuan, para perantau yang beragama Islam tersebut mengembangkan ajaran Islam dan kenbudayaan Islam pun menyebar di negara baru tersebut.



1.        Islam di Benua Asia
a.       Pakistan (Republik Islam Pakistan)
Pakistan berbatasan dengan Iran di barat, Afganistan di barat laut, India di tenggara, Jammu dan Khasmir di timur laut, dan laut arab di selatan. Ibu kota Pakistan adalah Islamabad dan satuan mata uangnya adalah Rupe.
Pakistan merupakan salah satu negara yang mempunyai peranan penting dalam sejarah dan perkembangan Islam, karena Pakistan telah berjasa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan filsafat, serta berhasil melahirkan sejumlah lembaga pengkajian Islam dan intelektual muslim bertaraf internasional. Perguruan tinggi yang telah berdiri di Pakistan yaitu : Universitas Baluchistan, Pertanian Faisalabad, Government College Lahore, dan Universitas Punjab Lahore.

b.      Islam di Benua Asia Bagian Tenggara
Indonesia merupakan salah satu aset terbesar umat Islam sedunia. Mayoritas masyarakatnya Muslim, taat dan selalu terlibat dalam pembicaraan masyarakat Muslim dunia. Indonesia berada pada posisi yang strategis, bernpenduduk sekitar 250 juta jiwa, berlandaskan Pancasila, mempunyai partai politik Islam, organisasi keislaman, lembaga pendidikan Islam dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi, baik formal maupun informal.
Malaysia juga merupakan wilayah yang didominasikan umat Muslim. Masyarakatnya juga aktif dalam kegiatan politikdan sosial dengan membawa semangat keislaman. Kajian-kajian keislaman di kalangan intelektual muslim terus ditingkatkan. Sejak tahun 1956 pendidikan Islam dikenalkan dalam sistem sekolah nasional.
Selain dari 2 negara tersebut Filipina dan Thailand juga merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang mempunyai komunitas muslim yang cukup besar.

2.        Islam di Benua Eropa
Islam memasuki benua Eropa melalui empat periode :
      1.      Periode kekhalifahan Islam di Spanyol (Andalusia) selama + 8 abad. Kekhalifahan ini berakhir pada tahun 1492 setelah penguasa Kristen memaksa khalifah terakhir dari Dinasti Bani Umayyah II, Abu Abdillah untuk menyerah.
2.      Adanya penyebaran tentara Mongol pada abad ke-13.
3.      Periode ekspansi kekhalifahan Turki Usmani sekitar abad ke-14 dan ke-15 ke wilayah Balkan dan Eropa Tengah.
4.      Periode kaum Imigran Muslim memasuki benua Eropa setelah perang dunia ke-2.
Dibawah ini akan dikemukakan keberadaan kaum muslim di beberapa negara dari benua Eropa.

      a)      Spanyol
Kaum muslim yang mendiami Spanyol dewasa ini terdiri dari keturunan Umat Islam yang terusir pada peristiwa Regonguista (1492), kaum imigran pencari kerja yang bertempat tinggal di Spanyol hanya untuk sementara dan kaum Imigran yang menetap di Spanyol.
Pada tahun 1992, terdapat kesepakatan antara pemerintah Spanyol dan Comission Islamica Espana (Komisi Islam Spanyol) yang isinya :
a.       Kaum muslim diizinkan untuk memberikan pengajaran agama di sekolah negeri maupun swasta.
b.      Izin melaksanakan ibadah di angkatan bersenjata, rumah sakit dan penjara.
c.       Memperoleh keringanan pajak.
Daulat islam yang terakhir di Andulusia ialah Daulah Bani Al-Ahmar yaitu sekitar dua setengah abad rajanya yang pertama ialah Amir Muhammad bin Ahmar. Para Ahmar dari Bani Ahmar berusaha memakmurkan dan mempekaya wilayahnya. Akan tetapi, timbul perebutan kekuasaan dikalangan Bani Al-Ahmar, perebutan kekuasaan itu dimanfaatkan oleh pihak luar (Kristen) dengan penyerangan  Aragon dan Ratu Isabela dari Kastilia. Mereka menakhlukkan Kardoba sekitar tahun 898 H atau 1492 M. Dengan jatuhnya kota Kardoba, berakhir pula kekuasaan Islam di Andulusia dari Bani Al-Ahmar, dan pada tahun 1491 M berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol.

      b)      Perancis
Pada tahun 1992, di Perancis terdapat sekitar 1.300 organisasi Muslim. Diantara organisasi-organisasi tersebut, ada yang hanya bergerak dibidang keagamaan, terutama dakwah, seperti Jama’ah At-Tablig Wa Ad Dakwah dan Foiet Pratique (Iman dan Praktik), ada juga organisasi yang menjadikan agama bukan sebagai satu-satunya tema pokok kegiatan.
Selama beberapa tahun terakhir ini, ada upaya untuk mengkoordinasi oraganisasi-organisasi muslim di Perancis yang cukup banyak itu. Hal ini ditandai dengan didirikannya Federation Nationale des Musulmans de France (FNMF = Federasi Nasional Muslim Prancis), dan Conceil Religieux de Islam en France (CORIF = Dewan Keagamaan Islam di Prancis). CORIF didirikan pada tanggal 6 November 1989 dibawah Departemen Dalam Negeri.
Selain banyaknya organisasi-organisasi Islam, keberadaan kaum muslimin di Prancis itu ditandai dengan :
a.       Didirikannya Masji-Masjid dan sekolah-sekolah untuk warga muslim.
b.      Makin banyaknya wanita yang berjilbab.
c.       Mengadakan pameran buku-buku Islam di Prancis.
d.      Berkembangnya beberapa kelompok tarekat (kelompok sufi), seperti Terekat Qadiriah, Tijaniyah, Naqsyabandiah, dan bektsyi.
Selain di Spanyol dan Prancis, kaum muslim di benua Eropa juga terdapat dinegara-negara lainnya. Seperti di Inggris, Jerman, Belanda, Swiss, Australia dan Italia. Keberadaan kaum Muslimin di negara-negara tersebut makin meningkat, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

3.        Islam di Benua Afrika
Dakwah Islam telah memasuki Benua Afrika semenjak Rasulullah SAW masih hidup. Pada tahun ke-5 dari kenabian, Rasulullah SAW memerintahkan beberapa orang sahabatnya untuk berhijrah ke Habsyah (Ethiopia). Hijarah ini dipimpin oleh Usman bin Maz’un yang bertujuan untuk menghindari penyiksaan-penyiksaan, dan menyelamatkan diri dari kaum kafir Quraisy.
Secara umum, penyebaran Islam di Benua Afrika tidak terlepas dari persaingan antara Islam dan Kristen, serta antara Islam dan Kesternisasi Sekuler.
Dibawah ini akan dijelaskan keberadaan umat Islam di beberapa negara di Benua Afrika.
      a)      Mesir
Mesir terletak di pantai timur laut Benua Afrika. Berdasarkan sensus 1986, jumlah umat Islam mencapai 90% dari seluruh penduduk.
Dari tahun 623 M – 1914 M, Mesir diperintahkan oleh kekhalifahan dan raja-raja Islam. Mesir merupakan negara agraris dan hasil pertaniannya adalah kapas, padi-padian, sayur-mayur, tebu dan buah-buahan.
Mesir adalah negara yang besar jasanya bagi kemajuan umat Islam di bidang ilmu pengetahuan, pendidikan dan kebudayaan. Hal ini ditandai dengan didirikannya berbagai perguruan tinggi, dan yang tertua adalah Universitas Al-Azhar di Kairo, yang didirikan oleh Jauhar Al-Khatib As-Siqih pada tanggal 7 Ramadhan 361 H. Di Mesir terdapat berbagai perguruan tinggi, seperti Universitas Iskandariyah, Universitas ‘Ain Syams (1950) di Kairo, Universitas Mansyuriah yang didirikan pada tahun 1972.
Dibidang arsitektur, Mesir juga memiliki bangunan-bangunan yang memiliki nilai seni yang tinggi seperti : Al-Garb (Istana Barat), Al Qasr Asy Sang (Istana Timur). Selain itu, di Mesir juga terdapat Masji-Mesjid yang megah nan indah, misalnya : Masjid Al-Azhar, Masjid Maqis, Masjid Rashidah, Masjid Aqmar, dan Masjid Saleh di Qairawan.

b)      Aljazair
Aljazair diperintahkan oleh bangsa Romawi semenjak tahun 40 SM, oah Vandala dari tahun 429 – 534 M, oleh Bizantium dari tahun 534 – 690 M. Semenjak tahun 1980, Aljazair memasuki masa kebangkitan Islam. Hal itu ditandai antara lain oleh :
a.       Semangat kehidupan beragamanya meningkat. Hal ini terbukti dengan adanya kegiatan generasi muda untuk mengadakan pengkajian terhadap Islam.
b.      Perencanaan ekonomi yang lebih sistematis, bahkan menjadikan penduduk menganut mitos industrialisasi sebagai satu-satunya kekuatan.
c.       Berdasarkan kongres partai tunggal di Aljazair.

c)      Tunisia
Islam masuk ke Tunisia pada tahun 670 M. Semenjak itu, Tunisia diperintah oleh penguasa-penguasa Islam. Kemudian Husainiyah, menyerah pada Prancis.
Tunisia mempunyai peranan besar dalam sejarah perkembangan Islam, melalui lembaga pendidikan Jam’iyah Zaitunak. Lembaga pendidikan tersebut berada dalam pengarahan dan pengawasan pemerintah Tunisia. Tunisia aktif dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), dan ikut menentukan pengambilan keputusan tentang kebijakan-kebijakan diplomasi Timur Tengah, terutama yang menyangkut konflik di Timur Tengah, khususnya konflik Palestina dan Israel.

4.        Islam di Benua Australia
Australia termasuk wilayah baru bagi agama Islam. Islam masuk ke wilayah ini, dibawa oleh kaum Muslimin imigran setelah perang dunia I dan II. Mereka berasal dari Turki, Mesir dan daerah Balkan.
Umat Islam di Autralia tersebar di berbagai negara bagian, seperti Camberra, Victoria, Australia Barat, Kepulauan Christmas, Queensland, dan Tasmania.
Di benua Australia terdapat organisasi-organisasi Islam dan Masjid-Masjid yang didirikan oleh kelompok umat Islam berdasarkan asal negaranya.
Pada tahun 1976, dibentuklah organisasi Islam yang bertaraf nasional, yaitu “Autralian Federation of Islamic Council (AFIC) yang tugasnya melaksanakan koordinasi, khususnya dalam dakwah Islam di seluruh wilayah benua Australia.
Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan oleh AFIC adalah sebagai berikut :
a.       Membentuk Islamic Council yang berkedudukan disetiap negara bagian.
b.      Menyelenggarakan perkawinan secara Islam.
c.       Mengadakan kerjasama dengan pemerintah dalam pengeksporan hewan-hewan ke negara-negara Islam.
d.      Mengangkat imam-imam Mesjid yang ada di Australia.
e.       Mengusahakan dana dari negara-negara Arab.

5.        Islam di Benua Amerika
Islam masuk ke Benua Amerika melalui beberapa periode :
a.       Bersamaan dengan ditemukannya benua Amerika oleh Christopher Colombus pada tahun 1492 melalui kaum Muslim Spanyol.
b.      Bersamaan dengan kedatangan budak-budak dari Afrika pada pertengahan abad ke-15 dan ke-19.
c.       Bersamaan dengan datangnya imigran muslim dari berbagai negara di Timur Tengah, Afrika dan Asia pada tahun 1875 M.
Adapun kegiatan-kegiatan kaum muslim imigran di Benua Amerika ini sebagai berikut :
1)      Membangun Masjid-Masjid dan pusat-pusat kegiatan Islam. Pusat Islam di Taledo dan Ohio, mempunyai anggota sebanyak 600 keluarga dengan latar belakang negara dan etinis beragam.
2)      Membentuk organisasi-organisasi Islam. Pada tahun 1952, mendirikan IMS yang didirikan atas prakarsa Abdullah Igram seorang Muslim Amerika. Kemudian pada tahun 1954 organisasi ini diubah namanya menjadi Federation of Islamic Associations atau FIA.
Pada tahun 1920-an di New York muncul satu organisasi Muslim yang berpengaruh didirikan oleh Syekh Daud Ahmad Faisal, ia mengajarkan Islam sunni dan bahasa Arab dikalangan orang Amerika-Afrika. Saat ini pengikutnya terus bertambah.
Nation of Islam (dikenal sebagai The Black Muslim) didirikan pada tahun 1931 oleh Wallace Ford Muhammad yang bercita-cita membebaskan orang keturunan Afrika dari perhambaan mental dan menyatukan mereka kembali dengan saudara-saudara mereka di dunia Islam ini.
2.3.2. Ibrah Penyebaran Islam di Dunia
1. Manfaat dari Sejarah Perkembangan Islam di Dunia.
Perkembangan Islam di berbagai dunia ini tidak terlepas dari peran dan cita-cita tokoh-tokoh Islam yang berusaha mengembalikan kemajuan umat Islam. Para pemimpin Islam merasakan dan menyadari akan kelemahan umat Islam setelah kekuatan umat Islam dari berbagai lapanngan kehidupan lemah dan sangat dikuasai oleh kekuatan bangsa barat. Dari situasi yang paling pahit itulah muncul ide-ide modernisasi yang secara luas mereka sampaikan kepada seluruh umat Islam, yaitu sebagai berikut :
a.       Membangkitkan semangat Islam di masa lampau dalam memurnikan ajaran Islam dari pengaruh takhayul, khurafat, dan bid’ah.
b.      Memperjuangkan pendidikan universal, kemerdekaan pers, dan memperkuat paham nasionalisme yang diwujudkan dalam bentuk partai al-hizb al-watani dan menanamkan paham patriotisme bagi umat Islam.
c.       Memperkuat ukhuwah islamiah dan menekankan pembaruan Islam pada bidang politik, pemerintahan, dan agama dengan ide pokok Pan-Islamisme bagi umat Islam.
d.      Memurnikan ajaran agama Islam sesuai dengan bentuk aslinya, memperbarui metode pengajaran dan menanamkan solidaritas seluruh umat Islam.
2. Hikmah Perkembangan Islam Di Dunia.
               Beberapa hal yang dapat diambil dari sejarah perkembangan Islam di dunia ini antara lain sebagai berikut :
1)      Dengan saling bertoleransi terhadap paham atau berbagai aliran di kalangan umat Islam maka akan mendatangkan kemajuan dan kehidupan yang damai.
2)      Bila pemimpin atau khalifah Islam mencintai ilmu pengetahuan maka rakyatnya pun akan mencintai ilmu pengetahuan.
3)      Memberikan motivasi untuk melestarikan hasil karya seni dan peradaban untuk dijadikan inspirasi bangunan-bangunan di masa depan.
4)      Penggunaan zuhud dan pengertian tawakal yang tidak tepat akan membawa kemunduran dalam kehidupan.
5)      Perselisihan dan ketidak percayaan terhadap sesama menyebabkan kemunduran, bahkan kehancuran.
6)      Umat Islam harus bersatu dan tolong menolong dalam memajukan dan memakmurkan negeri.



2.3.3. Meneladani Tokoh- Tokoh Penyebaran Islam di Dunia
Nilai-nilai pembaruan (modernisasi Islam) mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan umat Islam. Dari pembaruan tersebut tumbuhlah kesadaran bagi umat islam untuk mengikuti gerakan pembaruan tersebut sehingga menimbulkan kebangkitan dunia islam, baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan politik yang sekaligus tumbuh gerakan menentang penjajahan.
Gerakan modernisasi islam yang dilakukan oleh para pembaru itu pada dasarnya mengandung beberapa nilai yang penting bagi lahirnya suatu dunia baru islam dalam menghadapi tantangan yang serba kompleks pada masa modern ini. Dari para tokoh pembaru islam tersebut ada beberapa keteladanan yang bias kita ambil.
1)      Nilai persatuan (ittihad).
2)      Nilai solidaritas (ukhuwah islamiah).
3)      Nilai pembaruan (tajdid).
4)      Nilai perjuangan (jihad fii sabilillah).
5)      Nilai kemerdekaan (burriyyah).
Itulah nilai-nilai yang terkandung dalam modernisasi Islam, yang disuarakan dan diperjuangkan oleh tokoh-tokoh pembaru Islam
BAB III
PENUTUP


A.        KESIMPULAN
1. Beberapa tokoh yang mempelopori gerakan pembaharua Islam, antara lain Muhammad bin Abdul Wahhab, Muhammad Ali Pasha, jamaluddin Al-afghani, Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Ridha, dan Muhammad Iqbal.
2. Nilai positif yang dapat diambil dari gerakan pembaharuan Islam, yaitu nilai persatuan, solidaritas, pembaruan, jihad dan kemerdekaan.
3. Adanya pembaruan Islam di Timur Tengah memberikan pengaruh pergerakan Islam di Indonesia dengan berkembangnya organisasi keagamaan dan partai politik.
4. Ibrah yang dapat diambil dari perkembangan Islam periode modern meliputi bidang akidah, politik, pendidikan dan ekonomi.
5. Perkembangan Islam di Indonesia tidak lepas dari peranan para pedagang dari Arab dan Gujarat yang menyebarkan Islam di Indonesia melalui jalan perdagangan, dakwah, dan perkawinan.
6. Tugas dakwah merupakan suatu kewajiban yang di emban oleh setiap muslim agar ajaran Islam tetap lestari dan dapat di amalkan dengan benar.
7. Umat Islam di Indonesia pada masa penjajahan mempunyai andil yang sangat besar degan berjuang melawan penjajah yang telah menindas dan membelenggu bangsa Indonesia.
8. Pada masa pembangunan, peranan umat Islam turut andil mengisi kemerdekaan dengan menerapkan nilai-nilai ajaran Islam yang mendukung pada persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
9. Para ulama penyebar agama Islam di Indonesia di kenal oleh masyarakat sebagai syeikh atau wali.
10.Salah satu manfaat dari sejarah perkembangan pemikiran Islam di dunia adalah memurnikan ajaran agama Islam sesuai bentuk aslinya, yaitu sebagaimana yang di ajarkan Al-qur’an dan hadits.
11.Pada dasarnya Islam berkembang dengan cara damai. Peperangan yang terjadi dalam proses penyebaran Islam disebabkan adanya perlawanan dari pemimpin daerah yang hendak di islamkan.


B.     SARAN

Setelah membaca makalah ini, penulis menyarankan kepada pembaca untuk meningkatkan ketakwaan, semangat juang dalam menegakan ajaran islam, sehingga akan membuat kejayaan islam dimasa lalu terulang kembali.
Kita sebagai umat islam harus bisa menghargai jasa-jasa pejuang islam yang telah menyabarluaskan islam sehingga kita saat ini berada di dalam keselamatan.
DAFTAR PUSTAKA


Hadi, Nur. 2008. Ayo Mengkaji Sejarah Kebudayaan Islam untuk MA untuk Kelas XII.     Jakarta: Erlangga
http://nikmatulmaskuroh.blogspot.co.id/2013/12/gerakan-pembaharuan-islam-oleh-muhammad.html
http://coretanpenapribadi.blogspot.co.id/2013/10/sejarah-kebudayaan-islam-kelas-xii.html