BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pada mulanya
Islam disebarkan atas perjuangan Nabi Muhammad SAW di Mekah dan Medinah.
Perjuangan menyebarkan agama Islam di Mekah selama kurang lebih 13 tahun. Sejak
beliau diangkat menjadi Rasul pada tanggal 17 Ramadhan 611 M sampai beliah
hijrah ke Medinah pada tanggal 12 Rabiul Awal 622 M. Sedangkan perjuangan
beliau ke Medinah selama 10 tahun, sejak beliau hijrah sampai beliau wafat
tanggal 12 Rabiul Awal 632 M.
Selama
perjuangan di Mekah, beliau dapat mengubah sifat-sifat masyarakat Jahiliyah
menjadi masyarakat yang mengimani keesaan Allah SAW. Perjuangan di Mekah dapat
menciptakan masyarakat sejahtera dan beriman kepada Allah Yang Maha Esa.
Hingga pada akhirnya perjuangan
tersebut diteruskan sampai ke wilayah-wilayah yang sangat luas, termasuk
Indonesia.
Untuk memberi dorongan kepada
generasi islam saat ini, dan untuk meneladani serta meneruskan perjuangan Nabi
Muhammad saw, maka penulis membuat makalah dengan tema perkembangan islam
modern, di Indonesia dan di Dunia.
1.2. Perumusan Masalah
1.
Bagaimana perkembangan Islam,
identifikasi peristiwa-peristiwa penting dan tokoh-tokoh yang berprestasi dalam
perkembangan Islam, dan mengambil ibrah dari peristiwa perkembangan Islam serta
meneladani yang berprestasi dalam perkembangan Islam pada masa modern?
2.
Bagaimana perkembangan Islam,
identifikasi peristiwa-peristiwa penting dan tokoh-tokoh yang berprestasi dalam
perkembangan Islam dan mengambil ibrah dari peristiwa perkembangan Islam serta
meneladani tokoh-tokoh dalam perkembangan Islam di Indonesia?
3.
Bagaimana perkembangan
Islam, identifikasi peristiwa-peristiwa penting dan tokoh-tokoh yang
berprestasi dalam perkembangan Islam dan mengambil ibrah dari peristiwa
perkembangan Islam serta meneladani tokoh-tokoh dalam perkembangan Islam di
dunia?
1.3. Tujuan
1.
Untuk mengetahui
perkembangan Islam, identifikasi peristiwa-peristiwa penting dan tokoh-tokoh
yang berprestasi dalam perkembangan Islam, dan mengambil ibrah dari peristiwa
perkembangan Islam serta meneladani tokoh-tokoh dalam perkembangan Islam pada
masa modern.
2.
Untuk mengetahui
perkembangan Islam, identifikasi peristiwa-peristiwa penting dan tokoh-tokoh
yang berprestasi dalam perkembangan Islam dan mengambil ibrah dari peristiwa
perkembangan Islam serta meneladani tokoh-tokoh dalam perkembangan Islam di
Indonesia.
3.
Untuk mengetahui
perkembangan Islam, identifikasi peristiwa-peristiwa penting dan tokoh-tokoh
yang berprestasi dalam perkembangan Islam dan mengambil ibrah dari peristiwa
perkembangan Islam serta meneladani tokoh-tokoh dalam perkembangan Islam di
dunia.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.1
Perkembangan
Islam Pada Masa Modern
A. Pada bidang
Akidah
Salah satu
pelopor pembaruan dalam dunia Islam Arab adalah suatu aliran yang bernama
Wahabiyah yang sangat berpengaruh di abad ke-19. Pelopornya adalah Muhammad
Abdul Wahab (1703-1787 M) yang berasal dari nejed, Saudi Arabia. Pemikiran yang
dikemukakan oelh Muhammada Abdul Wahab adalah upaya memperbaiki kedudukan umat
Islam dan merupakan reaksi terhadap paham tauhid yang terdapat di kalangan umat
Islam saat itu. Paham tauhid mereka telah bercampur aduk oleh ajaran-ajaran
tarikat yang sejak abad ke-13 tersebar luas di dunia Islam
Disetiap
negara Islam yang dikunjunginya, Muhammad Abdul Wahab melihat makam-makam syekh
tarikat yang bertebaran. Setiap kota bahkan desa-desa mempunyai makam sekh atau
walinya masing-masing. Ke makam-makam itulah uamt Islam pergi dan meminta
pertolongan dari syekh atau wali yang dimakamkan disana untuk menyelesaikan
masalah kehidupan mereka sehari-hari. Ada yang meminta diberi anak, jodoh
disembuhkan dari penyakit, dan ada pula yang minta diberi kekayaan. Syekh atau
wali yang telah meninggal. Syekh atau wali yang telah meninggal dunia itu
dipandang sebagai orang yang berkuasa untuk meyelesaikan segala macam persoalan
yang dihadapi manusia di dunia ini. Perbuatan ini menurut pajam Wahabiah
termasuk syirik karena permohonan dan doa tidak lagi dipanjatkan kepada Allah
SWT.
Masalah
tauhid memang merupakan ajaran yang paling dasar dalam Islam . oleh karena itu,
tidak mengherankan apabila Muhammad Abdul Wahab memusatkan perhatiannya pada
persoalan ini. Ia memiliki pokok-pokok pemikiran sebagai berikut.
a)
Yang harus disembah hanyalah Allah
SWT dan orang yang menyembah selain dari Nya telah dinyatakan sebagai musyrik
b)
Kebanyakan orang Islam bukan
lagi penganut paham tauhid yang sebenarnya karena mereka meminta pertolongan
bukan kepada Allah, melainkan kepada syekh, wali atau kekuatan gaib. Orang
Islam yang berperilaku demikian juga dinyatakan sebagai musyrik.
c)
Menyebut nama nabi, syekh atau
malaikat sebagai pengantar dalam doa juga dikatakan sebagai syirik
d)
Meminta syafaat selain kepada
Allah juga perbuatan syrik
e)
Bernazar kepada selain Allah
juga merupakan sirik
f)
Memperoleh pengetahuan selain dari
Al Qur’an, hadis, dan qiyas merupakan kekufuran
g)
Tidak percaya kepada Qada dan
Qadar Allah merupakan kekufuran.
h)
Menafsirkan Al Qur’an dengan
takwil atau interpretasi bebas juga termasuk kekufuran.
B. Pada bidang
Ilmu Pengetahuan
Islam
merupakan agama yang sangat mendukung kemajuan ilmu pengetahuan. Oleh karena
itu, Islam menghendaki manusia menjalankan kehidupan yang didasarkanpada
rasioanlitas atau akal dan iman. Ayat-ayat Al Qur’an banyak memberi tempat yang
lebih tinggi kepada orang yang memiliki ilmu pengetahuan, Islam pun menganjurkan
agar manusia jangan pernah merasa puas dengan ilmu yang telah dimilikinya
karena berapapun ilmu dan pengetahuan yang dimiliki itu, masih belum cukup
untuk dapat menjawab pertanyaan atau masalah yang ada di dunia ini. Firman
Allah SWT.
Artinya : “Dan
seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta),
ditambahkan kepada tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan
habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah maha perkasa lagi
maha bijaksana.” (QS luqman : 27)
Ajaran Islam
tersebut mendapat respon yang positif dari para pemikir Islam sejak zaman
klasik (650-1250 M), zaman pertengahan (1250-1800 M) hingga periode modern
(1800 m dan seterusnya). Masa pembaruan merupakan zaman kebangkitan umat Islam.
Jatuhnya mesir ke tangan barat menynadarkan umat Islam bahwa di barat telah
timbul peradaban baru yang lebih tinggi dan merupakan ancaman bagi Islam.
Raja-raja dan pemuka-pemuka Islam mulai memikirkan cara untul meningkatkan mutu
dan kekuatan umat Islam.
C. Pada bidang Politik
Mustafa
Kemal Pasha Attaturk melakukan sebuah gebrakan berani dengan mengganti sistem
pemerintahan di Turki dari Monarki ke Republik, membubarkan Kesultanan Turki
Usmani yang telah berkuasa kurang lebih lima abad. Mustafa Kemal Pasha sekularisasi
pada sistem kenegaraan, pendidikan, dan hukum. Dia juga mengganti simbol-simbol
agama islam dengan simbol peradaban barat, juga menghapuskan islam sebagai
agama resmi.
2.1.2.
Peristiwa-
Peristiwa Penting dan Tokoh- Tokohnya
A.
Gerakan Pembaharuan Muhammad bin
Abdul Wahab (1703-1793)
Muhammad bin
Abdul Wahab lahir di Uyainah, Nejd, Arab Saudi pada tahun 1703. Ia dilahirkan
dari keluarga yang terkenal dengan kesalehan dan keimanannya. Ia mempunyai
gerakan yang kemudian dikenal dengan gerakan wahabi. Timbulnya gerakan ini
tidak lepas dari kondisi umat Islam pada saat itu, yakni sebagai berikut:
a)
Secara politik, umat Islam di
seluruh kawasan kekuasaan Islam berada dalam keadaan yang lemah. Ketika itu
yang berkuasa adalah kerajaan Turki Utsmani yang merupakan penguasa tunggal,
namun kerajaan itu sedang mengalami kemunduran dalam segala bidang.
b)
Adanya penurunan semangat dalam
pemahaman Al-Qur’an karena umat Islam bersikap fatalis dan cenderung
mistisisme.
c)
Tauhid yang diajarkan Nabi Muhammad
SAW. telah dirusak oleh kebiasaan-kebiasaan syirik.
d)
Kota-kota suci, seperti Makkah dan
Madinah, telah menjadi tempat yang penuh dengan penyimpangan akidah.
Gerakan
wahabi ini berhasil berkat bantuan kepala suku yang bernama Muhammad Ibnu Saud
yang kemudian mendirikan kerajaan di bawah pimpinan keturunannya. Muhammad bin
Abdul Wahab mempunyai beberapa pemikiran, antara lain sebagai berikut:
a)
Al-Qur’an dan Hadits merupakan
sumber asli ajaran Islam, sedangkan pendapat para ulama bukan merupakan sumber
ajaran Islam.
b)
Taklid kepada ulama tidak
dibenarkan.
c)
Pintu ijtihad tetap terbuka dan
boleh dilakukan dengan jalan kembali pada Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah.
B.
Gerakan Pembaharuan Jamaluddin
al-Afgani (1839-1897)
Nama
lengkapnya adalah Sayyid Jamaluddin al-Afghani. Ia lahir di Asadabad tahun 1839
dan wafat di Istambul tahun 1897. Ia mendapat gelar sayyid karena ia keturunan
Husain bin Ali bin Abi Thalib. Sejak kecil, ia sudah belajar membaca AL-Qur’an,
bahasa Arab, dan Persia, serta ilmu-ilmu lainnya, seperti tafsir, hadits tasawuf,
dan filsafat.
Pada usia 20 tahun, ia sudah menjadi
pembantu Pangeran Muhammad Khan di Afghanistan. Pada tahun 1864, ia menjadi
panasehat Ali Khan dan menjadi perdana menteri pada masa pemerintahan Muhammad
‘Azam Khan. ia banyak memperoleh pengalaman dalam pengembaraannya ke beberapa
Negara. Mula-mula ke India tahun 1869, lalu ke Mesir memberi kuliah di hadapan
kaum intelektual di Al-Azhar pada tahun 1871. Diantara muridnya yang terkenal
adalah Muhammad Abduh dan Sa’ad Zaglul.
Ketika terjadi persoalan politik di
Mesir, ia pergi Paris (Prancis). Di kota ini dia mendirikan sebuah organisasi
bernama AL-Urwatul Wusqa yang beranggotakan muslim militan di Mesir, Suriyah, dan Afrika Utara.
Organisasi ini bertujuan mempercepat
persaudaraan islam, membela, dan mendorong umat islam untuk mencapai kemajuan.
Berikut ini beberapa pemikiran Al-Afghani
tentang pembaruan umat Islam :
a.
Kemunduran umat Islam bukan karena
Islam tidak sesuai dengan perkembangan zaman dan perubahan kondisi. Kemunduran itu
disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa
faktor itu adalah sebagai berikut :
a)
Umat Islam telah dipengarui oleh
sifat statis, berpegang pada taklid, dan bersikap fatal
b)
Umat Islam telah meninggalkan akhlak
yang tinggi dan telah melupakan ilmu pengetahuan.
c)
Di bidang politik , kesatuan umat
Islam menjadi terpecah belah.
b.
Untuk mengembalikan kejayaan pada
masa lalu dan sekaligus menghadapi dunia modern, umat Islam harus kembali
kepada ajaran Islam yang murni dan Islam harus dipahami dengan akal serta
kebebasan.
c.
Corak pemerintahan otokrasi dan
absolut harus diganti dengan pemerintahan demokratis. Kepala negara harus
bermusyawarah dengan pemuka masyarakat yang berpengalaman.
d.
Tidak ada pemisahan antara agama dan
politik. Pan Islamisme atau rasa solidaritas antara umat Islam harus dihidupkan
kembali.
C.
Gerakan Pembaharuan Muhammad
Rasyid Ridha (1865-1935)
Rasyid Ridha
lahir di Al-Qalamun pada tanggal 23 September 1865. Ada yang mengatakan
silsilahnya bersambung dengan Nabi Muhammad SAW. melalui garis keturunan Husain
bin Ali bin Abi Thalib sehingga ia mendapat gelar sayyid. Ia dilahirkan dan
dibesarkan di lingkungan keluarga terhormat serta taat agama.
Disamping
belajar di Madrasah Al-Qhataniyah, Rasyid Ridha tekun mengikuti berita
perkembangan dunia islam melalui surat kabar Al-Urwatul Wusqa, yang dipimpin
oleh Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh. Melalui surat kabar tersebut, ia
mengenal gagasan dua tokoh pembaru yang sangat dikaguminya itu. Ide-ide yang
dikumandangkan oleh ke dua tokoh tersebut sangat berkesan dalam diri Rasyid
Ridha sehingga menimbulkan keinginan yang kuat di hatinya untuk bergabung dan
berguru kepada keduanya.
Keinginan
Rasyid Ridha untuk bertemu dengan Jamaluddin al-Afghani tidak tercapai karena
lebih dahulu meninggal sebelum Rasyid Ridha menjumpainya. Sebaliknya, Muhammad
Abduh dapat dijumpainya setelah ia dibuang di Beirut (Libanon). Pertemuan
dialog antara Ridha dan Abduh semakin menumbuhkan semangat juang dalam dirinya
untuk melepaskan umat Islam dari belenggu keterbelakangan dan kebodohan.
Rasyid Ridha
banyak menyerap pikiran dan pandangan Muhammad Abduh dalam usaha memajukan umat
Islam. Setelah Muhammad Abduh diizinkan kembali ke Mesir, Rasyid Ridha
mengusulkan kepada gurunya agar ia menerbitkan sebuah majalah. Maka terbitlah
majalah yang diberi nama Al- Manar, nama yang diusulkan oleh Rasyid Ridha .
Adapun
pemikiran Rasyid Ridha tentang pembaruan Islam sebagai berikut :
a.
Sikap aktif dan dinamis di kalangan
umat Islam harus ditumbuhkan.
b.
Umat Islam harus meninggalkan
sikap pemikiran kaum jabariyah
c.
Akal dapat digunakan untuk
menafsirkan ayat ataupun Hadits dengan tidak meninggalkan prinsip umum.
d.
Umat Islam harus menguasai sains
dan teknologi jika ingin maju.
e.
Kemunduran umat Islam disebabkan
adanya unsur bid’ah dan khurafat yang masuk ke dalam ajaran Islam.
f.
Kebahagiaan di dunia dan di
akhirat diperoleh melalui hukum yang diciptakan Allah SWT.
g.
Perlu menghidupkan kembali sistem
pemerintahan khalifah.
h.
Khalifah adalah penguasa di
seluruh dunia Islam yang mengurusi bidang agama dan politik .
i.
Khalifah haruslah seorang mujtahid besar
dengan bantuan para ulama dalam menerapkan prinsip hukum dalam Islam sesuai
dengan tuntutan zaman.
D.
Pemikiran Mustafa Kemal Pasha
Attaturk
Mustafa
Kemal Ataturk lahir di Salonika pada tahun 1881. Orang tuanya bernama Ali
Riza seorang
pegawai biasa di salah satu kantor pemerintah di kota itu, sedangkan ibunya
bernama Zubayde, seorang wanita yang amat dalam perasaan keagamaannya. Ali Riza
meninggal dunia saat Mustafa Kemal berusia tujuh tahun. Ia kemudian diasuh oleh
ibunya.
Riwayat
pendidikan Mustafa Kemal dimulai sejak tahun 1893 ketika ia memasuki sekolah
Rushdiye (sekolah menengah militer Turki).
Pembaruan
Turki sesungguhnya telah sejak lama dilakukan oleh generasi Turki, jauh sebelum
pembaruan yang dilakukan oleh Mustafa Kemal Ataturk. Pembaruan di bidang
militer dan administrasi, sampai kepada pembaruan di bidang ekonomi, sosial dan
keagamaan, telah dilakukan oleh generasi Turki pada era Tanzimat yang
berlangsung dari tahun 1839 sampai dengan 1876, kemudian pada era Usmani Muda
yang berlangsung dari dekade 1860-an sampai dengan dekade 1870-an merupakan
reaksi atas program Tanzimat yang mereka anggap tidak peka terhadap tuntutan
sosial dan keagamaan, dan pada akhir dekade 1880-an, terbentuklah era baru
generasi muda Turki. Generasi baru Turki ini menamakan diri mereka sebagai
Kelompok Turki Muda (Ottoman Society for Union and Progress). Kelompok ini
secara nyata mempertahankan kontinuitas imperium Usmani, tetapi secara tegas
mereka melakukan agitasi terhadap restorasi rezim Parlementer dan
kontitusional.
Pemikiran
pembaruan Turki yang dimiliki oleh Mustafa Kemal Ataturk boleh dianggap
merupakan sintesa dari pemikiran ketiga generasi Turki sebelumnya. Bahkan,
prinsip pemikiran pembaruan Turki yang diketengahkan di dalam frame kebangsaan
masyarakat Turki saat ini adalah reduksi pemikiran dari seorang pemikir Turki
yang dianggap sebagai Bapak Nasionalisme Turki, yakni Ziya Gokalp.
Dalam
catatan kaki Ajid Thohir, di dalam bukunya Perkembangan Peradaban di Kawasan
Dunia Islam : Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat
Islam, disebutkan bahwa pemikiran pembaruan Turki telah dilakukan oleh
tokoh-tokoh, seperti : Mustafa Rasyid Pasha (1800) dan Mehmet Shidiq Ri’at
(1807) dari generasi Tanzimat; Ziya Pasha (1825-1876), Namik Kemal (1840-1880)
dan Midhat Pasha (1822-1883) dari generasi Usmani Muda; dan, Ahmad Riza
(1859-1931) dan Mehmed Murad (1853-1912) dari generasi Turki Muda. Sedangkan,
pemikiran yang paling dekat dengan gerakan pembaruan Turki yang dilaksanakan
oleh Mustafa Kemal adalah pemikiran Ziya Gokalp, yang secara sistematis
mencanangkan program-program pembaruannya dalam berbagai aspek yang ia sebut
sebagai The Programe of Turkism, yakni : Linguistic Turkism, Aesthetic Turkism,
Ethical Turkism, Legal Turkism, Economic Turkism, Political Turkism, dan
Philosopical Turkism.
Prinsip
Pemikiran Pembaruan Mustafa Kemal di awali ketika ia ditugaskan sebagai attase
militer pada tahun 1913 di Sofia. Dari sinilah ia berkenalan dengan peradaban
Barat, terutama sistem parlementernya. Adapun prinsip pemikiran pembaharuan
Turki yang kemudian menjadi corak ideologinya terdiri dari tiga unsur, yakni;
nasionalisme, sekularisme dan westernisme.
Pertama,
unsur nasionalisme dalam pemikiran Mustafa Kemal diilhami oleh Ziya Gokalp
(1875-1924) yang meresmikan kultur rakyat Turki dan menyerukan reformasi Islam
untuk menjadikan Islam sebagai ekspresi dari etos Turki. Dalam koridor
pemahaman Mustafa Kemal, Islam yang berkembang di Turki adalah Islam yang telah
dipribumikan ke dalam budaya Turki. Oleh karenanya, ia berkeyakinan bahwa Islam
pun dapat diselaraskan dengan dunia modern. Turut campurnya Islam dalam segala
lapangan kehidupan akan membawa kemunduran pada bangsa dan agama. Atas dasar
itu, agama harus dipisahkan dari negara. Islam tidak perlu menghalangi adopsi
Turki sepenuhnya terhadap peradaban Barat, karena peradaban Barat bukanlah
Kristen, sebagaimana Timur bukanlah Islam.
Kedua, unsur
sekularisme. Unsur ini sebenarnya adalah implikasi dari pemahaman westernisme
Mustafa Kemal. Pada prinsip ini, salah seorang pengikut setia Mustafa Kemal,
Ahmed Agouglu menyatakan bahwa indikasi ketinggian suatu peradaban terletak
pada keseluruhannya, bukan secara parsial. Peradaban Barat dapat mengalahkan
peradaban-peradaban lain, bukan hanya karena kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologinya, tetapi karena keseluruhan unsur-unsurnya. Peperangan antara Timur
dan Barat adalah peperangan antara dua peradaban, yakni peradaban Islam dan
peradaban Barat. Di dalam peradaban Islam, agama mencakup segala-galanya mulai
dari pakaian dan perkakas rumah sampai ke sekolah dan institusi. Turut
campurnya Islam dalam segala lapangan kehidupan membawa kepada mundurnya Islam,
dan di Barat sebaliknya sekularisasilah yang menimbulkan peradaban yang tinggi
itu. Jika ingin terus mempunyai wujud rakyat Turki harus mengadakan
sekularisasi terhadap pandangan keagamaan, hubungan sosial dan hukum. Menurut
versi Mustafa kemal, sekularisme bukan saja memisahkan masalah bernegara
(legislatif, eksekutif dan yudikatif) dari pengaruh agama melainkan juga
membatasi peranan agama dalam kehidupan orang Turki sebagai satu bangsa.
Sekularisme ini adalah lebih merupakan antagonisme terhadap hampir segala apa
yang berlaku di masa Usmani.
Ketiga,
unsur wasternisme. Dalam unsur ini, Mustafa Kemal berpendapat bahwa Turki harus
berorientasi ke Barat. Ia melihat bahwa dengan meniru barat negara Turki akan
maju. Unsur westernisme dalam prinsip pemikiran Mustafa Kemal mendapatkan
momennya ketika dalam salah satu pidatonya ia mengatakan bahwa kelanjutan hidup
suatu masyarakat di dunia peradaban modern menghendaki perobahan dalam diri
sendiri. Di zaman yang dalamnya ilmu pengetahuan mampu membawa perobahan secara
terus-menerus, maka bangsa yang berpegang teguh pada pemikiran dan tradisi yang
tua lagi usang tidak akan dapat mempertahankan wujudnya. Masyarakat Turki harus
dirubah menjadi masyarakat yang mempunyai peradaban Barat, dan segala kegiatan
reaksioner harus dihancurkan.
Dari ketiga
prinsip di atas, kemudian melahirkan ideologi kemalisme, yang terdiri atas:
republikanisme, nasionalisme, kerakyatan, sekularisme, etatisme, dan
revolusionisme. Ideologi yang diasosiasikan dengan figur Mustafa Kemal ini
kemudian berkembang di Turki dan dikembangkan oleh pengikutnya. Dan jika
dilihat dari perkembangan tersebut di atas, Republik Turki adalah negara
sekuler. Tetapi meskipun begitu, apa yang diciptakan Mustafa Kemal belumlah
negara yang betul-betul sekuler.
Mustafa
Kemal sebenarnya seorang nasionalis pengagum barat, yang Islam maju, sebab itu
perlu diadakan pembaharuan dalan soal agama untuk disesuaikan dengan bumi
Turki. Islam adalah agama rasional dan perlu bagi manusia, tetapi agama yang
rasional ini telah dirusak oleh ulama-ulama oleh karena itu, usaha
sekularisasinya berpusat pada menghilangkan kekuasaan golongan ulama dalam soal
negara dan politik. Negara harus dipisahkan dari agama.
Dengan
pandangan Mustafa Kemal seperti yang disebutkan di atas, maka lahirlah
pendapatnya antara lain; Qur’an perlu diterjemahkan kedalam bahasa Turki, azan
juga perlu dengan bahasa Turki, khutbah dengan bahasa Turki. Madrasah yang
sudah ketinggalan zaman ditutup, diganti fakultas Ilahiyat untuk mendidik imam
sholat, khotib-khotib, dan pembaharuan-pembaharuan yang diperlukan. Akan tetapi
prinsif dan pandangan Mustafa Kemal seperti yang telah dikemukakan diatas,
tidak serta merta menghilangkan kultur keagamaan sebagai buktinya Mustafa Kemal
mendirikan penggantinya yaitu Departemen Urursan Agama. Negara menjamin
kebebasan beragama, sehingga sekularisasi yang dijalankan tidak menghilangkan
agama. Yang berusaha dihapus adalah kekuasaan ulama dalam soal politik dan
negara. Karena Mustafa Kemal berpendapat agama adalah masalah pribadi.
Mencermati
pemikiran yang dikembangkan seorang Mustafa Kemal yang kemudian diaplikasikan sebagai
bentuk ide pembaharuan pada kultur Turki adalah sebuah keniscayaan berdasarkan
tuntutan situasi dan zaman saat itu. Betapa tidak bahwa Islam yang berkembang
sejak abad ke VII di jazirah Arab yang kemudian merambah keluar Arab, didalam
perjalananya mengalami gesekan dan pergeseran prinsif dan kepentingan.
Sebagai
akumulasi gejolak pemikiran dari para tokoh pembaharu yang mengembangkan ide
perubahan khususnya di Turki, yang kemudian diwujudkan oleh seorang Mustafa
Kemal mendirikan Negara Republik Turki Modern. Penulis berpandangan bahwa usaha
ini adalah sebuah tindakan dari ide cemerlang untuk mengembalikan dogma prinsif
al-Qur’an yang mengedepankan prinsif musyawarah.
Nasionalisme,
sekularisme, dan westernisme yang menjadi ciri khas ide pembaharuan Mustafa
Kemal adalah sebuah konsekwesi logis dalam rangka membangun tatanan dan corak
kultur kehidupan masyarakatnya yang akan didesain sebagai masyarakat modern
dalam urusan bernegara, dan tetap menjamin berlangsungnya budaya kehidupan
beragama bagi masyarakatnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan didirikannya
”Fakultas Ilahiyat” dan dibentuknya ”Departemen Urusan Agama” dalam
pemerintahannya.
E. Gerakan
Pembaharuan Muhammad Iqbal (1876-1938)
Muhammad Iqbal lahir di
Sialkot, Punjab pada tanggal 2 Februari 1873 M. Ia adalah seorang penyair,
filusuf, dan mujadid. Muhammad Iqbal mendapat pendidikan pertama di Murray
College, Sialkot. Di sini, ia bertemu dengan ulama besar Sayyid Mir Hasan, guru
dan sahabat karib ayahnya. Ia melanjutkan studinya di Government College Lahore
dan memperoleh gelar Master of Art (MA). Atas saran Sir Thomas Arnold, ia
melanjutkan studinya di Trinity College, Universitas Cambridge, Inggris. Dua
tahun kemudian, ia pindah ke Munchen, Jerman untuk lebih memperdalam
filsafatnya. Di sinilah ia mendapat gelar Doctor of Pbilosopy (Ph.D).
Pada tahun 1908, ia kembali ke
Lahore dengan membuka praktik sebagai pengacara dan sebagai dosen filsafat. Ia
pun pernah menjadi Presiden Liga Muslim pada tahun 1938. Adapun ide Muhammad
Iqbal tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut :
a)
Ijtihad mempunyai kedudukan penting
dalam pembaruan Islam dan pintu ijtihad tetap terbuka.
b)
Umat Islam perlu mengembangkan sikap
dinamis. Dalam syiarnya, ia mendorong umat Islam untuk bergerak dan jangan
tinggal diam.
c)
Kemunduran umat Islam disebabkan
oleh kebekuan atau kejumudan dalam berpikir.
d) Hukum Islam
tidak bersifat statis, tetapi dapat berkembang sesuai dengan perkembangan
zaman.
e)
Umat Islam harus menguasai sains dan
teknologi yang dimiliki Barat.
f)
Perhatian umat Islam terhadap zuhud
menyebabkan mereka kurang memerhatikan masalah- masalah keduniaan dan sosial
dan kemasyarakatan.
2.1.3.
Ibrah Perkembangan Islam Pada Masa Modern
Pembaruan
dalam Islam atau gerakan Islam modern merupakan jawaban yang ditujukan terhadap
krisis yang dihadapi umat Islam pada masanya. Kemunduran Kerajaan Turki Utsmani
yang merupakan pemangku khilafah Islam setelah abad ke-17 telah melahirkan
kebangkitan Islam. Salah satu gerakan pembaruan yang terkenal adalah Wahabi,
sebuah gerakan reformis puritan. Gerakan ini merupakan sarana yang menyiapkan
jembatan ke arah pembaruan Islam abad ke-20 yang lebih bersifat intelektual.
Pendorong
gerakan pembaruan Islam yang terkenal adalah Jamaluddin al- Afghani (1897). Ia
mengajarkan solidaritas Pan-Islam dan pertahanan terhadap imperialisme Eropa
dengan kembali kepada Islam dalam suasana yang ilmiah dan modernis.
Gerakan yang
lahir di Timur Tengah itu telah memberikan pengaruh besar kepada gerakan
kebangkitan Islam di Indonesia. Bermula dari pembaruan pemikiran dan pendidikan
Islam di Minangkabau yang disusul oleh pembaruan pendidikan yang dilakukan oleh
masyarakat Arab di Indonesia. Kebangkitan Islam di Indonesia makin berkembang
dengan terbentuknya organisasi-organisasi sosial keagamaan, seperti Sarikat
Dagang Islam (SDI) di Solo (1911), Persyarikatan Ulama di Majalengka (1911),
Muhammadiyah di Yogyakarta (1912), Persatuan Islam (Persis) di.Bandung(1923),
Nahdlatul Ulama (NU) di Surabaya(1926), dan Persatuan seperti Sarikat Islam
(SI) yang merupakan kelanjutan dari SDI, Persatuan Muslimin Indonesia (Permi)
di Padang Panjang (1932), yang merupakan kelanjutan dan perluasan dari
organisasi pendidikan Thawalib, dan Partai Islam Indonesia (PII) pada tahun
1938.
Sementara
itu, hampir pada waktu yang bersamaan, pemerintah penjajah menjalankan Politik
Etis atau politik balas budi. Belanda mendirikan sekolah-sekolah formal bagi
bumi putera, terutama dari kalangan priyayi dan kaum bangsawan. Pendidikan
Belanda tersebut membuka mata kaum terpelajar akan kondisi masyarakat
Indonesia. Pengetahuan mereka akan kemiskinan, kebodohan, dan ketertindasan
masyarakat Indonesia pada saatnya mendorong lahirnya organisasi-organisasi
sosial, seperti Budi Utomo, Taman Siswa, Jong Java Sumatranen Bond, Jong Ambon,
dan Jong Celebes.
Organisasi-organisasi
sosial keagamaan Islam dan organisasi-organisasi yang didirikan kaum terpelajar
di atas menandakan tumbuhnya benih-benih nasionalisme dalam pengertian modern.
Secara umum,
ibrah yang dapat diambil dari gerakan pembaruan Islam antara lain sebagai
berikut :
a)
Bidang Akidah
Dalam bidang
akidah, gerakan ini berusaha melakukan pembaruan dalam pemahaman ajaran Islam
karena banyak paham yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, antara lain
berkembangnya paham fatalisme, dan masuknya budaya syirik (takhayul, bid’ah,
dan khurafat) ke dalam ajaran Islam.
b)
Bidang Politik
Dalam bidang
politik, gerakan ini berusaha melakukan pembaruan dengan tujuan membebaskan
diri dari penjajah.
c)
Bidang Pendidikan
Dalam bidang
pendidikan, gerakan ini berusaha melakukan pembaruan dalam pendidikan dengan
cara melakukan perubahan kurikulum pendidikan dan memadukannya dengan
pendidikan modern.
d)
Bidang Ekonomi
Dalam bidang
ekonomi gerakan ini berusaha melakukan perubahan ekonomi karena penjajahan
menimbulkan kemiskinan dan kesengsaraan. Selain itu, pada masa pembaruan telah
bermunculan para sastrawan yang karya-karyanya bernuansa islami di berbagai
negara.
1.1.2. Perkembangan Islam di
Indonesia
A.
Asal Usul Islam Masuk ke Indonesia
Di
tinjau dari sudut sejarah, agama Islam masuk ke Indonesia melalui berbagai
cara. Pada umumnya masuknya Islam ke Indonesia melalui para pedagang dari
jazirah Arab, Persia, dan India pada abad ke-7 M.[2] Para pedagang tersebut
menyebarkan Islam dengan cara berdagang dengan penduduk Indonesia, menikahi
penduduk Indonesia, atau meliputi pendidikan yang meliputi kesenian,
pemerintahan, dan tasawuf kepada masyarakat Indonesia hingga Islam bisa
diterima dan menjadi mayoritas di Indonesia.
Dalam
perkembangan selanjutnya, Islam berkembang dengan menyatukan budaya lokal
Indonesia dengan ajaran Islam. Namun, perpaduan itu tidak menyebabkan ajaran
Islam keluar dari jalurnya dan tetap berpegang teguh pada tuntunan Allah SWT
dan Rasulullah SAW.
Pada
umumnya pembawa agama Islam ke Indonesia adalah para pedagang yang berasal dari
Arab. Selain berdagang, mereka merasa berkewajiban menyiarkan agama Islam
kepada orang lain. Agama Islam masuk ke Indonesia dengan cara damai, tidak
dengan kekerasan atau peperangan, dan tidak dengan paksaan. Adapun daerah
Indonesia yang mula-mula di masuki islam adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat
dan Jawa Tengah. Kemudian agama Islam berkembang ke seluruh pelosok tanah air.
Berikut
ini pendapat beberapa ahli tentang waktu dan daerah yang mula-mula di masuki
Islam di Indonesia :
1. Drs. Juned Pariduri
Beliau
menyimpulkan bahwa agama Islam pertama kali masuk Indonesia melalui daerah
Sumatera Utara (Tapanuli) pada abad ke-7, hal ini didasarkan pada
penyelidikannya terhadap sebuah makam Syekh Mukaiddin di Tapanuli yang berangka
tahun 48 H (670 M).
2. Hamka
Hamka
berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Jawa pada abad ke-7 (674), yang
didasarkan pada kisah sejarah yang menceritakan tentang Raja Ta-Cheh yang
mengirimkan utusan menghadap Ratu Sima dan menaruh pundi-pundi yang berisi emas
di tengah-tengah jalan dengan maksud menguji kejujuran, keamanan, dan
kemakmuran negeri itu. Menurut Hamka, Raja Ta-Cheh adalah Raja Arab Islam.
3. Zainal Arifin Abbas
Beliau
berpendapat bahwa agama Islam masuk di Sumatera Utara pada abad ke-7 (648).
Beliau juga mengatakan pada waktu itu datang di Tiongkok seorang pemimpin Islam
yang telah mempunyai pengikut di Sumatera Utara.
Berdasakan
para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa agama Islam masuk di Indonesia pada
abad ke-7. Pada abad ke 13 agama Islam berkembang dengan pesat ke seluruh
Indonesia. Hal itu di tandai dengan adanya penemuan-penemuan batu nisan atau
makam-makam yang berciri khas Islam, misalnya di Leran (dekat Gresik) terdapat
sebuah batu yang berisi tentang meninggalnya seorang perempuan bernama Fatimah
binti Maimun pada tahun 1082 M dan makam-makam Islam di Tralaya yang berasal
dari abad ke-13 M[3]dan di Samudera Pasai terdapat makam-makam raja Islam, di
antaranya makam Sultan Malik as-Saleh yang meninggal tahun 676 H atau 1292 M.
B.
Proses
Masuknya Islam ke Nusantara
Masuknya
islam di Indonesia berlangsung secara damai dan menyesuaikan dengan adat serta
istiadat penduduk lokal. Ajaran islam yang tidak mengenal perbedaan kasta
membuat ajaran ini sangat diterima penduduk lokal. Proses masuknya islam
dilakukan melalui cara berikut ini.
1.
Perdagangan
Letak
Indonesia yang sangat strategis di jalur perdagangan di masa itu membuat
Indonesia banyak disinggahi para pedagang dunia termasuk pedagang muslim.
Banyak dari mereka yang akhirnya tinggal dan membangun perkampungan muslim, tak
jarang mereka juga sering mendatangkan para ulama dari negeri asal mereka untuk
berdakwah. Hal inilah yang diduga memiliki peran penting dalam penyebaran
ajaran Islam di nusantara.
2.
Perkawinan
Penduduk
lokal beranggapan bahwa para pedagang muslim ini adalah kalangan yang
terpandang, sehingga banyak penguasa pribumi yang menikahkan anak mereka dengan
para pedagang muslim. Sebagai sayarat sang gadis harus memeluk islam terlebih
dahilu, hal inilah yang diduga memperlancar penyebaran ajaran islam.
3.
Pendidikan
Setelah
perkampungan islam terbentuk, mereka mulai mendirikan fasilitas pendidikan
berupa pondok pesantren yang dipimpin langsung oleh guru agama dan para ulama.
Para lulusan pesantren akan pulang ke kampung halaman dan menyebarkan ajaran
islam di daerah masing-masing.
Wayang
merupakan warisan budaya yang masih terjagan hingga saat ini, dalam penyebaran
ajaran islam wayang memiliki perang yang sangat konkrit. Contohnya sunan
kalijaga yang merupakan salah satu tokoh islam menggunakan pementasan wayang
untuk berdakwah
C.
Perkembangan
Islam di Berbagai Wilayah
1. Perkembangan Islam di Sumatera
Agama
Islam masuk ke Sumatera sekitar abad ke-7. Pertumbuhan Islam di Sumatera
ditandai dengan berdirinya kerajaan Islam pertama di Sumatera dan juga pertama
di Indonesia, yaitu kerajaan Samudera Pasai di Aceh yang didirikan oleh raja
pertama yaitu Malik al-Saleh[4]. Selanjutnya agama Islam berkembang hampir ke
seluruh wilayah Sumatera. Seperti Tapanuli, Riau, Minangkabau, Kerinci, Bangka,
Belitung, Indragiri, Lampung serta daerah-daerah lainnya.
2. Perkembangan Islam di Jawa
Agama
Islam masuk ke Jawa Tengah pada masa pemerintahan Sima (674). Kerajaan Islam
pertama adalah kerajaan Demak yang dipimpin oleh raja pertama yaitu Raden
Patah. Sedangkan masuknya Islam di Jawa Timur terbukti dengan ditemukannya
makam Fatimah binti Maimun pada tahun 1082 dan ditemukannya batu nisan
bertuliskan Arab yang kemudian disebut “batu leran”. Masuknya Islam di Jawa
Barat disiarkan oleh Haji Purba pada saat pemerintahan Prabu Mundingsari pada
tahun 1190. Perkembangan agama Islam di Jawa juga tidak dapat lepas dari
peranan dan andil Wali Songo.
3. Perkembangan Islam di Sulawesi
Perkembangan agama Islam di Sulawesi
tidak sebaik dan sepesat di Jawa dan Sumatera. Cara pengislaman di Sulawesi
juga dilakukan dengan cara damai, tanpa kekerasan, peperangan, atau paksaan.
Terkadang timbul pertentangan antara kerajaan yang telah Islam dengan kerajaan
yang belum memeluk Islam. Pertentangan tersebut bukan karena masalah agama,
akan tetapi masalah politik, misalnya Kerajaan Gowa dengan Kerajaan Sopeng.
Adapun
yang menyiarkan agama Islam di Sulawesi adalah Dato’ri Bandang dan Dato’
Sulaeman. Dato’ri Bandang adalah murid Sunan Giri dan beliau mengajarkan agama
Islam kepada rakyat dan para raja. Daerah pelopor pengembangan agama Islam
adalah di Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo di Sulawesi Selatan. Kedua kerajaan
itu kemudian bergabung menjadi Makassar. Raja Gowa menjadi raja Makassar
kemudian bergelar Sultan Alaudin. Sedangkan Raja Tallo menjadi Mangkubumi
dengan gelar Sultan Abdullah.
4. Perkembangan Islam di Kalimantan
Sekitar
tahun 1550 di Banjar berdiri kerajaan Islam dengan rajanya bergelar Sultan
Suryanullah. Sejak itu pula rakyat Banjar banyak yang memeluk agama Islam.
Begitu pula daerah-daerah di bawah kekuasaan Banjar, satu persatu masuk Islam
sehingga agama Islam dengan cepat dan pesat berkembang di Kalimantan.
Sebelum
agama Islam masuk ke Dayak, suku Dayak menyembah berhala. Kemudian lama-lama
mereka banyak yang memeluk agama Islam. Pengislaman di Dayak melalui jalan
perdagangan, pernikahan, dan dakwah. Penyiaran Islam di Dayak dilakukan oleh
pendatang dari Arab, Bugis, dan Melayu. Perkembangan Islam selanjutnya
dilakukan oleh keturunan-keturunan mereka.
D.
Peran Ulama
Proses
penyebaran Islam di wilayah Nusantara tidak dapat dilepaskan dari peran aktif
yang dilakukan oleh para ulama. Melalui merekalah Islam dapat diterima dengan
baik dikalangan masyarakat Nusantara. Para ulama yang pertama kali menyebarkan
Islam di Nusantara antara lain sebagai berikut :
a. Hamzah Fansuri
Hamzah
Fansuri hidup pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, sekitar tahun 1590.
Pengembaraan intelektualnya tidak hanya di Fansur, Aceh, tetapi juga ke India,
Persia, Makkah dan Madinah. Karena itu ia menguasai berbagai bahasa selain
bahasa Melayu. Dalam pengembaraannya itu, ia sempat mempelajari ilmu fiqih,
tauhid, tasawuf, sejarah dan sastra Arab. Usai menjalani pengembaraan
intelektualnya, Hamzah Fansuri kembali ke kampung halamannya di Fansur,
Aceh,untuk mengajarkan keilmuan Islam yang diperolehnya dari guru-guru yang
didatanginya di negeri-negeri yang telah disinggahi. Ia mengajarkan keilmuan
Islam tersebut di Dayah (pesantren) di Obob Simpangkanan, Singkel.
Hamzah
Fansuri bukan hanya sebagai seorang ulama, sufi dan sastrawan terkemuka, ia
juga sebagai perintis pengembangan peradaban Islam di Nusantara. Dalam bidang
keilmuan tafsir, Hamzah Fansuri telah mempelopori penggunaan metode ta’wil. Hal
ini dapat dilihat dari karyanya Asrarul Arifin.
b. Syamsudin Al-Sumatrani
Syamsudin
Al-Sumatrani merupakan salah seorang ulama terkemuka di Aceh dan Nusantara yang
hidup pada abad ke-16. Syamsudin Al-Sumatrani memiliki peran dan posisi penting
di istana kerajaan Aceh Darussalam, karena is berprofesi sebagai Qadli (Hakim
Agung), juga kedekatannya dengan Sultan Iskandar Muda sebagai seorang Syeikh Al
Islam. Syeikh Al Islam merupakan gelar tertinggi untuk ulama, kadi, imam atau
syeikh, penasihat raja, imam kepala, anggota tim perundingan dan juru bicara
Kerajaan Aceh Darussalam. Karya-karya Syamsudin Al-Sumatrani adalah : Jaubar
Al-Haqaid, Risalah Al-Baiyyin al-Mulahaza Al-Muwahhidin Wa Al-Mubiddinfi Dzikr
Allah, Mir’ah Al-Mukminin, Syarah Ruba’i Hamzah Fansuri, Syarah Syair Ikan
Tongkol.
c. Nuruddin Ar-Raniri
Nuruddin
Ar-Raniri dilahirkan di Ranir (sekarang Render), sebuah pelabuhan tua di
Gujarat. Ayahnya berasal dari keluarga imigran Arab Hadramy, Arab Selatan, yang
menetap di Gujarat India. Meskipun ia keturunan Arab, Ar-Raniri dianggap lebih
dikenal sebagai seorang ulama Melayu dari pada India atau Arab.
Ar-raniri
diangkat sebagai Syeikh Al Islam, pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Tsani.
Dengan memperoleh dukungan dari sultan, Ar-Raniri mulai melancarkan berbagai
pembaruan pemikiran Islam di tanah Melayu, khususnya di Aceh. Selama lebih
kurang tujuh tahun, ia menentang doktrin wujudiah yang diajarkan oleh Hamzah
Fansuri dan Syamsudin Al-Sumatrani. Diantara karya Ar-Raniri adalah Shiratal
Mustaqiem dalam bidang tasawuf, dan Durratul Aqaid bisyarbil-Aqaid dalam bidang
akidah Islam.
d. Abdurrauf Singkel
Abdurrauf
Singkel lahir di Singkel pada tahun 1024 H/1615 M. Ia memperoleh pengetahuan
Islam dari ayahnya yang seorang ulama. Setelah itu, ia melanjutkan
pendidikannya di Banda Aceh. Setelah itu melanjutkan ke Haramain pada tahun
1052 H/1642 M. Abdurrauf kembali ke aceh pada tahun 1584 H/1661 M. Karyanya
yang paling terkenal adalah Tafsir Tarjuman Al-Mustafid (Tafsir Penafsir yang
Bermanfaat) dan Al-Miratu Thulab fi tashilil Ma’rifatul Ahkamus Syar’iyyah lil
Malikil Wahhab (Cermin Mudd untuk Memudahkan Pengetahuan tentang Hukum Syari’at
yang Dihadiahkan kepada raja) dalam bidang fikih muamalah.
e. Syeikh Muhammad Yusuf Al-Makassari
Muhammad
Yusuf bin Abdullah Abul Mahasin Al-Tajul-Khalwati Al-Makassari, dilahirkan di
Moncong Loe, Gowa, Sulawesi Selatan pada tanggal 3 Juli 1626 M/1037 H. Ia
berasal dari keluarga yang taat beragama. Ia belajar bahasa Arab, fikih,
tauhid, dan tasawuf kepada Sayid Ba Alwi bin Abdullah Al-‘Allaham Al-Thahir,
seorang Arab yang menetap di Bontoala. Setelah berusia 15 tahun, ia melanjutkan
pelajarannya di Cikoang dengan Jalaluddin Al-Aydid, seorang guru pengembara,
yang datang dari Aceh ke Kutai, sebelum sampai di Cikoang.
Diantara
karyanya adalah menyalin kitab Ad-Durrah Al-Fakbira (Mutiara yang
Membanggakan), dan Risalah fil-Wujud (Tulisan tentang Wujud)
f. Syeikh Abdussamad Al-Palimbani
Syeikh
Abdussamad Al-Palimbani merupakan salah seorang ulama terkenal yang berasal
dari Palembang, Sumatra Selatan. Ayahnya adalah seorang sayid dari San’a,
Yaman, yang sering melakukan perjalanan ke India dan Jawa sebelum menetap di
Kedah, Semenanjung Malaka. Di Kedah, ia diangkat menjadi Qadli (Hakim Agung) di
Kesultanan Kedah.
Salah
satu karyanya adalah Nasihah Al-Muslimin wa Tazkiyarah Al-Mukmininfi
Tadla’ililfibadfi Sabilillah (Nasihat bagi Kaum Muslimin dan Peringatan bagi
Orang Beriman tentang Keutamaan Jihad di Jalan Allah)
g. Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari
Muhammad
Arsyad Al-Banjari lahir pada tahun 1122 H/1710 M di Martapura, Kalimantan
Selatan. Ia memperoleh pendidikan dasar keagamaan dari ayahnya dan para guru
setempat didesanya sendiri. Dalam usia 7 tahun, Muhammad Arsyad telah mampu
membaca al-qur’an secara sempurna. Kemampuan ini menarik perhatian Sultan
Tahlilullah sehingga ia di minta tinggal bersama sultan di istana. Di kemudian
hari sultan menikahkannya kemudian ia dikirim ke Haramain guna menuntut ilmu
atas biaya kesultanan.
Karyanya
adalah Sabilul Muhtadin (Jalan bagi Oang yang Mencari Petunjuk) dalam bidang
ilmu lahir dan Kanzul Ma’rifah (Gudang Pengetahuan) dalam bidang ilmu batin.
h. Syeikh Muhammad Nafis Al-Banjari
Muhammad
Nafis lahir pada tahun 1148 H/1735 M di Martapura. Ia berasal dari keluarga
bangsawan Banjar. Ia merupakan tokoh terpenting kedua setelah Muhammad Arsyad
Al-Banjari. Ia meninggal dan di kuburkan di Kelua, sekitar 125 km dari
Banjarmasin.
Karya
tasawufnya yang terkenal adalah Ad-Durrun Nafis fi Bayanil Wabdab wal Afalul
Asma wa Sifat wa Zatut Taqdis.
i. Syeikh Muhammad bin Umar An-Nawawi
Al-Bantani
Muhammad
bin Umar An-Nawawi Al-Bantani lahir di Tanara, Serang, Banten pada tahun 1230
H/1813 M. Sejak kecil ia dan kedua saudaranya, Tamim dan Abmad, di didik
ayahnya dalam bidang agama, ilmu kalam, ilmu nahwu, fikih dan tafsir. Selain
itu ia juga belajar dari Haji Sabal, ulama terkenal saat itu, dan dari Raden
Haji Yusuf di Purwakarta Jawa Barat.
Syeikh
Nawawi A-Bantani termasuk salah seorang ulama Nusantara yang cukup berpengaruh
dan sangat dihormati, bukan hanya di kalangan komunitas melayu Nusantara tetapi
juga oleh masyarakat Haramain secara keseluruhan. Posisi sosial keagamaan dan
intelektual yang dimilikinya memberi kesempatan kepadanya untuk mengajar pada
berbagai halaqah di Masjidil Haram sejak tahun 1860, khususnya di Ma’had Nashr
Al-Ma’arif Ad-Diniyah, hingga akhirnya ia memperoleh gelar sebagai “Syeikh
Al-Hijaz”
j. Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau
Syeikh
Ahmad Khatib Minangkabau lahir di Bukittinggi, Sumatra Barat pada tahun 1276
H/1855 M. Ayahnya adalah seorang jaksa di Padang, sedangkan ibunya adalah anak
dari Tuanku Nan Renceh, seorang ulama terkemuka dari golongan Padri. Ahmad
Khatib kecil memperoleh pendidikan awal pada sekolah pemerintah yang didirikan
Belanda, yaitu sekolah rendah dan sekolah guru di kota kelahirannya. Kemudian
pada tahun 1876, Ahmad Khatib melanjutkan pendidikan agamanya di Makkah, tempat
kelak ia memperoleh kedudukan tinggi dalam mengajarkan agama dan imam dari
madzhab Syafi’i di Masjidil Haram.
E.
Wali Songo
Dalam
sejarah penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa terdapat sembilan
orang ulama yang memiliki peran sangat besar. Mereka di kenal dengan sebutan
Wali Songo.
1) Maulana Malik Ibrahim
Maulana
Malik Ibrahim nama aslinya adalah Maulana Makhdum Ibrahim As Samarkandy. Beliau
lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh pertama pada abad ke-14. Maulana
Malik Ibrahim juga disebut Syekh Maghribi. Ia bersaudara sengan Maulana Ishak,
ulama terkenal di Samudera Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku).
Ibrahim dan Ishak adalah anak dari
seorang Persia, bernama Maulana Jumada’ Kubro, yang menetap di Samarkand.
Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai generasi ke-10 dari Al-Husein bin Ali,
cucu Nabi Muhammad SAW. Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa,
sekarang Kamboja, selama 13 tahun (1379-1392) dan menikah dengan putri raja
Campa. Dari perkawinan ini lahir dua putra, yaitu Raden Rahmat (dikenal dengan
Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadho alias Raden Santri.[5]
Pada
tahun 1392, Maulana Malik Ibrahim hijah ke pulau Jawa tepatnya di desa Sembalo
(sekarang Leran), Manyar, sebelah utara kota Gresik. Aktivitas pertama yang
dilakukan di desa itu adalah berdagang dengan cara membuka warung, yang
menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu, Maulana Malik
Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara Cuma-Cuma.
2) Sunan Ampel
Sunan
Ampel adalah putra tertua dari Maulana Malik Ibrahim. Nama aslinya adalah Raden
Rahmat. Beliau dilahirkan pada 1401 di Campa. Nama Ampel sendiri di identikkan
pada nama tempat di mana ia lama bermukim, yaitu di daerah Ampel atau Ampel
Denta, wilayah yang kini menjadi bagian Surabaya, kota Wonokromo sekarang.[6]
Sunan
Ampel masuk ke pulau jawa pada tahun 1443. Sunan Ampel membangun dan
mengembangkan pondok pesantren, yang kemudian dikenal dengan sebutan Pesantren
Ampel Denta. Pada pertengahan abad ke-15, Pesantren Ampel Denta menjadi pusat
Pendidikan Islam yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara, bahkan hingga ke
mancanegara. Dalam menyampaikan materi, Sunan Ampel menyampaikan materi yang
sangat mendasar dan sederhana. Sunan ampel pula yang mengenalkan istilah Mo
Limo (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon).
3) Sunan Giri
Nama
asli Sunan Giri adalah Muhammad Ainul Yaqin. Nama kecil Sunan Giri ialah Raden
Paku. Ia lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442. Ayahnya adalah
Muhammad Ishak, saudara kandung Maulana Malik Ibrahim. Maulana Ishak berhasil
mengislamkan istrinya, tapi gagal mengislamkan sang mertua. Oleh karena itulah
ia meninggalkan keluarga istrinya dan berkelana hingga Samudera Pasai.
Sunan
Giri kecil menuntut ilmu di Pesantren Ampel Denta yang didirikan oleh Sunan
Ampel, Ia juga berkelana ke Malaka dan Pasai. Setelah itu Ia membuka pesantren
didaerah perbukitan desa Sidomukti, Selatan Gresik. Materi yang disampaikan
Sunan Giri adalah soal akidah dan ibadah dengan pendekatan fikih yang
disampaikannya secara lugas. Pesantren ini tidak hanya digunakan sebagai tempat
pendidikan, tetapi juga dijadikan sebagai pusat pengembangan masyarakat.
4) Sunan Bonang
Sunan
Bonang adalah putra Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim.
Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Beliau lahir pada tahun 1465. Ibunya
bernama Nyi Ageng Manila, putri seorang Adipati di Tuban[7]. Sunan Bonang
belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel Denta. Setelah dewasa, ia
berkelana untuk berdakwah di berbagai pelosok pulau Jawa. Pada awalnya ia
berdakwah di Kediri dan kemudian menetap di Bonang, Lasem, Jawa Tengah. Di desa
itu ia membangun pesantren yang kini dikenal dengan nama Watu Layar.
Sunan
Bonang juga banyak menulis karya sastra berupa suluk atau tembang tamsil. Salah
satunya Suluk Wijil yang dipengaruhi kitab Al-Shidiqkarya Abu Sa’id Al-Khayr.
Dan tembang Tombo Ati juga termasuk salah satu karyanya.
5) Sunan Kalijaga
Sunan
Kalijaga adalah seorang wali yang namanya paling banyak disebut masyarakat
Jawa. Ia lahir di sekitar tahun 1450. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati
Tuban, salah seorang keturunan tokoh pemberontak Majapahit bernama Ronggolawe.
Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama
panggilan seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, atau Raden
Abdurrahman.
Dalam
melaksanakan gerakan dakwahnya, Sunan Kalijaga menggunakan sarana kesenian dan
kebudayaan, misalnya seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk.
Beberapa karya Sunan Kalijaga diantaranya adalah menciptakan perayaan
sekatenan, grebek maulud, Layang Kalimasada, dan lakon wayang Petruk Jadi Raja.
6) Sunan Gunung Jati
Sunan
Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah lahir sekitar tahun 1448. Ibunya adalah
Nyai Rara Santang, putri dari Raja Pajajaran, Raden Manah Rarasa. Ayahnya
adalah Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesir keturunan Bani
Hasyim dari Palestina. Sejak kecil Syarif Hidayatullah belajar agama Islam dan
baru mulai mendalami ilmu agama secara intensif sejak berusia 14 tahun dari
ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke berbagai negara. Setelah berdirinya
Kesultanan Bintoro Demak dan atas restu ulama lain, ia mendirikan Kesultanan
Cirebon yang juga dikenal sebagai Kasultanan Pakungwati.
Dengan
demikian, Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya Wali Songo yang memimpin
pemerintahan. Dalam berdakwah, Sunan Gunung Jati mendekati rakyat dengan cara
membangun infrastruktur berupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah.
Lalu Sunan Gunung Jati juga melakukan ekspedisi ke Banten hingga penguasa banten,
Pucuk Umum, menyerahkan dengan sukarela penguasaan wilayah Banten tersebut yang
kemudian menjadi cikal bakal Kesultanan Banten.
7) Sunan Drajat
Sunan
Drajat dilahirkan pada 1470. Nama kecil Sunan Drajat adalah Raden Qosim dan
bergelar Syaifuddin. Ayahnya adalah Sunan Ampel. Sunan Drajat mendapat tugas
pertama kali dari ayahnya untuk berdakwah ke pesisir Gresik, melalui laut.
Tetapi ia kemudian terdampar di Dusun Jelog, daerah pesisir Banjarwati atau
Lamongan sekarang. Setahun berikutnya, Sunan Drajat pindah ke selatan dan
mendirikan padepokan santri Dalem Duwur, yang kini bernama desa Drajat,
Paciran, Lamongan.
Sunan
Drajat dikenal sebagai seorang yang bersahaja dan suka menolong, serta
memelihara anak-anak yatim piatu dan fakir miskin. Dalam berdakwah, Sunan
Drajat tidak menggunakan cara dengan mendekati budaya lokal melainkan secara
langsung yaitu tentang tauhid dan akidah.
8) Sunan Kudus
Nama
kecil Sunan Kudus adalah Jaffar Shadiq. Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan
Kalijaga. Sunan kudus berdakwah ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah
seperti Sragen, Simo, hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru
pendekatan Sunan Kalijaga, yaitu sangat toleran pada budaya setempat. Cara
penyampaiannya bahkan lebih halus. Oleh karena itu, para wali menunnjuknya
menjadi penyebar Islam di Kudus. Hal itu terjadi karena ia merupakan salah
seorang wali yang mencoba mengakomodasi budaya lokal dalam berdakwah di
kalangan masyarakat Kudus yang mayoritasnya beragama Hindu.
9) Sunan Muria
Sunan
Muria adalah putra Dewi Saroh dari hasil perkawinannya dengan Sunan Kalijaga.
Dewi Saroh adalah adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Muhammad Ishak.
Nama kecil Sunan Muria adalah Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari Tempat
tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, yaitu sebelah utara kota kudus.
Sunan
Muria berdakwah dari Jepara, tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan pati. Salah
satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti.
2.2.2. Ibrah Penyebaran Islam di
Indonesia
Perkembangan
Islam di Indonesia yang masuk secara damai memberikan kesan mendalam keseluruh
masyarakat Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya masyarakat Indonesia
yang memeluk Islam. Dari perkembangan Islam di Indonesia ada beberapa hikmah
yang perlu kita lakukan Seperti berikut ini :
a. Berusaha
untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan, terutama dengan sesama muslim
b. Tekun
belajar dan tidak pantang menyerah bila menemui hambatan
c. Rela
berkorban untuk kepentingan agama dan bangsa
d. Selalu
melaksanakan ajaran Islam sesuai dengan tuntunan yang telah diberikan Allah SWT
dan Rasulullah SAW
e. Selalu
melakukan perbuatan yang bermanfaat dan tidak merugikan orang lain.
2.2.3. Meneladani
Tokoh- Tokoh Penyebaran Islam di Indonesia
Perkembangan
Islam di Indonesia tidak lepas dari jasa tokoh-tokoh yang menyebarkannya hingga
agama Islam dapat diterima hampir di seluruh wilayah Indonesia. Pada awalnya,
tokoh-tokoh yang menyebarkan agama Islam di Indonesia adalah para pedagang yang
berasal dari jazirah Arab. Dalam perkembangan selanjutnya, penyebaran Islam di
Indonesia dilakukan oleh tokoh-tokoh dari negeri sendiri. Penyebar agama Islam
di Indonesia itu pada umumnya datang dari golongan bangsawan. Dari proses
panjang penyebaran Islam di Indonesia oleh para tokoh-tokoh tersebut ada
beberapa hal yang bisa kita teladani dari sikap dan perilaku tokoh-tokoh
tersebut :
1.
Kemauan untuk menuntut ilmu
setinggi-tingginya
2.
Kemauan untuk menyebarkan Islam
3.
Semangat tidak pantang menyerah
4.
Semangat rela berkorban untuk
kemaslahatan orang banyak
2.3.1. Perkembangan Islam di Dunia
Agama Islam
terus berkembang dan menyebar di seluruh dunia. Perkembangannya mencakup
seluruh benua yang ada di dunia. Contohnya perkembangan Islam di Eropa yang
mengalami kemajuan pesat. Organisasi-organisasi Islam didirikan sebagai tempat
berkumpulnya komunitas muslim. Selain itu banyak masjid dibangun sebagai tempat
ibadah bagi kaum muslim. Salah satu masjid yang ada di Eropa adalah Central
Mosque di Londen, Inggris.
Perkembangan Islam di dunia yang meliputi
penyebaran Agama Islam, penyebaran Ilmu pengetahuan Islam, penyebaran ajaran
Islam dan penyebaran seni serta kebudayaan Islam tidak akan terlaksana tanpa
peran serta para pemimpin Islam. Dalam sejarahnya, agama Islam mulai disebarkan
setelah Nabi Muhammad SAW menerima perintah dari Allah SWT untuk menyebarkan
agama tauhid ini.
Dalam proses perkembangannya penyebaran
Islam tidak selalu melalui jalan yang mulus. Ada kalanya para penyebar Islam
harus berhadapan dengan para penguasa daerah setempat yang tidak menginginkan
timbulnya kebudayaan dan agama baru di daerah kekuasaan mereka.
Halangan-halangan dan berbagai rintangan yang dihadapi para penyebar Islam
tersebut pada ahirnya dapat memacu timbulnya konflik yang tidak jarang berahir
dengan timbulnya peperangan. Namun, dengan izin Allah SWT banyak peperangan
atas dasar Agama Islam dan penyebaran agama Islam yang akhirnya dimenangkan
oleh bala tentara Islam.
Dari berbagai peperangan yang dimenangkan
pasukan Islam inilah maka secara otomatis daerah-daerah tersebut dikuasai oleh
pasukan Islam. Di daerah-daerah yang dikuasai inilah, diangkat para pemimpin
Islam. Setelah di angkat, para pemimpin tersebut menyebarkan ajaran Islam di
daerah-daerah yang dikuasainya. Itulah awal mula penyebaran Islam diberbagai
belahan dunia.
Selanjutnya Islam berkembang melalui para
pendakwah dan ulama-ulama Islam. Di samping itu, Islam juga berkembang melalui
faktor perekonomian. Faktor perekonomiaan ini terutama dilakukan oleh para
pedagang Islam yang berdagang hingga keluar dari wilayah tempat tinggalnya.
Selain itu, ada pula umat Islam yang pindah ke negara lain untuk mencari
penghidupan yang lebih baik. Di Negara tujuan, para perantau yang beragama
Islam tersebut mengembangkan ajaran Islam dan kenbudayaan Islam pun menyebar di
negara baru tersebut.
1.
Islam di Benua Asia
a.
Pakistan (Republik Islam Pakistan)
Pakistan
berbatasan dengan Iran di barat, Afganistan di barat laut, India di tenggara,
Jammu dan Khasmir di timur laut, dan laut arab di selatan. Ibu kota Pakistan
adalah Islamabad dan satuan mata uangnya adalah Rupe.
Pakistan
merupakan salah satu negara yang mempunyai peranan penting dalam sejarah dan
perkembangan Islam, karena Pakistan telah berjasa dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan filsafat, serta berhasil melahirkan sejumlah lembaga pengkajian
Islam dan intelektual muslim bertaraf internasional. Perguruan tinggi yang
telah berdiri di Pakistan yaitu : Universitas Baluchistan, Pertanian
Faisalabad, Government College Lahore, dan Universitas Punjab Lahore.
b.
Islam di Benua Asia Bagian Tenggara
Indonesia
merupakan salah satu aset terbesar umat Islam sedunia. Mayoritas masyarakatnya
Muslim, taat dan selalu terlibat dalam pembicaraan masyarakat Muslim dunia.
Indonesia berada pada posisi yang strategis, bernpenduduk sekitar 250 juta jiwa,
berlandaskan Pancasila, mempunyai partai politik Islam, organisasi keislaman,
lembaga pendidikan Islam dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi, baik
formal maupun informal.
Malaysia
juga merupakan wilayah yang didominasikan umat Muslim. Masyarakatnya juga aktif
dalam kegiatan politikdan sosial dengan membawa semangat keislaman.
Kajian-kajian keislaman di kalangan intelektual muslim terus ditingkatkan.
Sejak tahun 1956 pendidikan Islam dikenalkan dalam sistem sekolah nasional.
Selain dari
2 negara tersebut Filipina dan Thailand juga merupakan salah satu negara di
Asia Tenggara yang mempunyai komunitas muslim yang cukup besar.
2.
Islam di Benua Eropa
Islam
memasuki benua Eropa melalui empat periode :
1. Periode
kekhalifahan Islam di Spanyol (Andalusia) selama + 8 abad.
Kekhalifahan ini berakhir pada tahun 1492 setelah penguasa Kristen memaksa
khalifah terakhir dari Dinasti Bani Umayyah II, Abu Abdillah untuk menyerah.
2. Adanya
penyebaran tentara Mongol pada abad ke-13.
3. Periode
ekspansi kekhalifahan Turki Usmani sekitar abad ke-14 dan ke-15 ke wilayah
Balkan dan Eropa Tengah.
4. Periode
kaum Imigran Muslim memasuki benua Eropa setelah perang dunia ke-2.
Dibawah ini
akan dikemukakan keberadaan kaum muslim di beberapa negara dari benua Eropa.
a) Spanyol
Kaum muslim
yang mendiami Spanyol dewasa ini terdiri dari keturunan Umat Islam yang terusir
pada peristiwa Regonguista (1492), kaum imigran pencari kerja yang bertempat
tinggal di Spanyol hanya untuk sementara dan kaum Imigran yang menetap di
Spanyol.
Pada tahun
1992, terdapat kesepakatan antara pemerintah Spanyol dan Comission Islamica
Espana (Komisi Islam Spanyol) yang isinya :
a.
Kaum muslim diizinkan untuk
memberikan pengajaran agama di sekolah negeri maupun swasta.
b.
Izin melaksanakan ibadah di angkatan
bersenjata, rumah sakit dan penjara.
c.
Memperoleh keringanan pajak.
Daulat islam
yang terakhir di Andulusia ialah Daulah Bani Al-Ahmar yaitu sekitar dua
setengah abad rajanya yang pertama ialah Amir Muhammad bin Ahmar. Para Ahmar
dari Bani Ahmar berusaha memakmurkan dan mempekaya wilayahnya. Akan tetapi,
timbul perebutan kekuasaan dikalangan Bani Al-Ahmar, perebutan kekuasaan itu
dimanfaatkan oleh pihak luar (Kristen) dengan penyerangan Aragon dan
Ratu Isabela dari Kastilia. Mereka menakhlukkan Kardoba sekitar tahun 898 H
atau 1492 M. Dengan jatuhnya kota Kardoba, berakhir pula kekuasaan Islam di
Andulusia dari Bani Al-Ahmar, dan pada tahun 1491 M berakhirlah kekuasaan Islam
di Spanyol.
b) Perancis
Pada tahun 1992,
di Perancis terdapat sekitar 1.300 organisasi Muslim. Diantara
organisasi-organisasi tersebut, ada yang hanya bergerak dibidang keagamaan,
terutama dakwah, seperti Jama’ah At-Tablig Wa Ad Dakwah dan Foiet Pratique
(Iman dan Praktik), ada juga organisasi yang menjadikan agama bukan sebagai
satu-satunya tema pokok kegiatan.
Selama
beberapa tahun terakhir ini, ada upaya untuk mengkoordinasi
oraganisasi-organisasi muslim di Perancis yang cukup banyak itu. Hal ini
ditandai dengan didirikannya Federation Nationale des Musulmans de France (FNMF
= Federasi Nasional Muslim Prancis), dan Conceil Religieux de Islam en France
(CORIF = Dewan Keagamaan Islam di Prancis). CORIF didirikan pada tanggal 6
November 1989 dibawah Departemen Dalam Negeri.
Selain
banyaknya organisasi-organisasi Islam, keberadaan kaum muslimin di Prancis itu
ditandai dengan :
a. Didirikannya
Masji-Masjid dan sekolah-sekolah untuk warga muslim.
b. Makin
banyaknya wanita yang berjilbab.
c. Mengadakan
pameran buku-buku Islam di Prancis.
d. Berkembangnya
beberapa kelompok tarekat (kelompok sufi), seperti Terekat Qadiriah, Tijaniyah,
Naqsyabandiah, dan bektsyi.
Selain di
Spanyol dan Prancis, kaum muslim di benua Eropa juga terdapat dinegara-negara
lainnya. Seperti di Inggris, Jerman, Belanda, Swiss, Australia dan Italia.
Keberadaan kaum Muslimin di negara-negara tersebut makin meningkat, baik dari
segi kuantitas maupun kualitas.
3.
Islam di Benua Afrika
Dakwah Islam
telah memasuki Benua Afrika semenjak Rasulullah SAW masih hidup. Pada tahun
ke-5 dari kenabian, Rasulullah SAW memerintahkan beberapa orang sahabatnya
untuk berhijrah ke Habsyah (Ethiopia). Hijarah ini dipimpin oleh Usman bin
Maz’un yang bertujuan untuk menghindari penyiksaan-penyiksaan, dan
menyelamatkan diri dari kaum kafir Quraisy.
Secara umum,
penyebaran Islam di Benua Afrika tidak terlepas dari persaingan antara Islam
dan Kristen, serta antara Islam dan Kesternisasi Sekuler.
Dibawah ini
akan dijelaskan keberadaan umat Islam di beberapa negara di Benua Afrika.
a) Mesir
Mesir
terletak di pantai timur laut Benua Afrika. Berdasarkan sensus 1986, jumlah
umat Islam mencapai 90% dari seluruh penduduk.
Dari tahun
623 M – 1914 M, Mesir diperintahkan oleh kekhalifahan dan raja-raja Islam.
Mesir merupakan negara agraris dan hasil pertaniannya adalah kapas,
padi-padian, sayur-mayur, tebu dan buah-buahan.
Mesir adalah
negara yang besar jasanya bagi kemajuan umat Islam di bidang ilmu pengetahuan,
pendidikan dan kebudayaan. Hal ini ditandai dengan didirikannya berbagai perguruan
tinggi, dan yang tertua adalah Universitas Al-Azhar di Kairo, yang didirikan
oleh Jauhar Al-Khatib As-Siqih pada tanggal 7 Ramadhan 361 H. Di Mesir terdapat
berbagai perguruan tinggi, seperti Universitas Iskandariyah, Universitas ‘Ain
Syams (1950) di Kairo, Universitas Mansyuriah yang didirikan pada tahun 1972.
Dibidang
arsitektur, Mesir juga memiliki bangunan-bangunan yang memiliki nilai seni yang
tinggi seperti : Al-Garb (Istana Barat), Al Qasr Asy Sang (Istana Timur).
Selain itu, di Mesir juga terdapat Masji-Mesjid yang megah nan indah, misalnya
: Masjid Al-Azhar, Masjid Maqis, Masjid Rashidah, Masjid Aqmar, dan Masjid
Saleh di Qairawan.
b) Aljazair
Aljazair
diperintahkan oleh bangsa Romawi semenjak tahun 40 SM, oah Vandala dari tahun
429 – 534 M, oleh Bizantium dari tahun 534 – 690 M. Semenjak tahun 1980,
Aljazair memasuki masa kebangkitan Islam. Hal itu ditandai antara lain oleh :
a.
Semangat kehidupan beragamanya
meningkat. Hal ini terbukti dengan adanya kegiatan generasi muda untuk
mengadakan pengkajian terhadap Islam.
b.
Perencanaan ekonomi yang lebih
sistematis, bahkan menjadikan penduduk menganut mitos industrialisasi sebagai
satu-satunya kekuatan.
c.
Berdasarkan kongres partai tunggal
di Aljazair.
c) Tunisia
Islam masuk
ke Tunisia pada tahun 670 M. Semenjak itu, Tunisia diperintah oleh
penguasa-penguasa Islam. Kemudian Husainiyah, menyerah pada Prancis.
Tunisia
mempunyai peranan besar dalam sejarah perkembangan Islam, melalui lembaga
pendidikan Jam’iyah Zaitunak. Lembaga pendidikan tersebut berada dalam
pengarahan dan pengawasan pemerintah Tunisia. Tunisia aktif dalam Organisasi
Konferensi Islam (OKI), dan ikut menentukan pengambilan keputusan tentang
kebijakan-kebijakan diplomasi Timur Tengah, terutama yang menyangkut konflik di
Timur Tengah, khususnya konflik Palestina dan Israel.
4.
Islam di Benua Australia
Australia
termasuk wilayah baru bagi agama Islam. Islam masuk ke wilayah ini, dibawa oleh
kaum Muslimin imigran setelah perang dunia I dan II. Mereka berasal dari Turki,
Mesir dan daerah Balkan.
Umat Islam
di Autralia tersebar di berbagai negara bagian, seperti Camberra, Victoria,
Australia Barat, Kepulauan Christmas, Queensland, dan Tasmania.
Di benua
Australia terdapat organisasi-organisasi Islam dan Masjid-Masjid yang didirikan
oleh kelompok umat Islam berdasarkan asal negaranya.
Pada tahun
1976, dibentuklah organisasi Islam yang bertaraf nasional, yaitu “Autralian
Federation of Islamic Council (AFIC) yang tugasnya melaksanakan koordinasi,
khususnya dalam dakwah Islam di seluruh wilayah benua Australia.
Kegiatan-kegiatan
yang telah dilaksanakan oleh AFIC adalah sebagai berikut :
a.
Membentuk Islamic Council yang
berkedudukan disetiap negara bagian.
b.
Menyelenggarakan perkawinan secara
Islam.
c.
Mengadakan kerjasama dengan
pemerintah dalam pengeksporan hewan-hewan ke negara-negara Islam.
d.
Mengangkat imam-imam Mesjid yang ada
di Australia.
e.
Mengusahakan dana dari negara-negara
Arab.
5.
Islam di Benua Amerika
Islam masuk
ke Benua Amerika melalui beberapa periode :
a.
Bersamaan dengan ditemukannya benua
Amerika oleh Christopher Colombus pada tahun 1492 melalui kaum Muslim Spanyol.
b.
Bersamaan dengan kedatangan
budak-budak dari Afrika pada pertengahan abad ke-15 dan ke-19.
c.
Bersamaan dengan datangnya imigran
muslim dari berbagai negara di Timur Tengah, Afrika dan Asia pada tahun 1875 M.
Adapun
kegiatan-kegiatan kaum muslim imigran di Benua Amerika ini sebagai berikut :
1)
Membangun Masjid-Masjid dan
pusat-pusat kegiatan Islam. Pusat Islam di Taledo dan Ohio, mempunyai anggota
sebanyak 600 keluarga dengan latar belakang negara dan etinis beragam.
2)
Membentuk organisasi-organisasi
Islam. Pada tahun 1952, mendirikan IMS yang didirikan atas prakarsa Abdullah
Igram seorang Muslim Amerika. Kemudian pada tahun 1954 organisasi ini diubah
namanya menjadi Federation of Islamic Associations atau FIA.
Pada tahun 1920-an di New York muncul satu organisasi
Muslim yang berpengaruh didirikan oleh Syekh Daud Ahmad Faisal, ia mengajarkan
Islam sunni dan bahasa Arab dikalangan orang Amerika-Afrika. Saat ini
pengikutnya terus bertambah.
Nation of Islam (dikenal sebagai The Black Muslim)
didirikan pada tahun 1931 oleh Wallace Ford Muhammad yang bercita-cita
membebaskan orang keturunan Afrika dari perhambaan mental dan menyatukan mereka
kembali dengan saudara-saudara mereka di dunia Islam ini.
2.3.2. Ibrah Penyebaran Islam di
Dunia
1. Manfaat
dari Sejarah Perkembangan Islam di Dunia.
Perkembangan
Islam di berbagai dunia ini tidak terlepas dari peran dan cita-cita tokoh-tokoh
Islam yang berusaha mengembalikan kemajuan umat Islam. Para pemimpin Islam
merasakan dan menyadari akan kelemahan umat Islam setelah kekuatan umat Islam
dari berbagai lapanngan kehidupan lemah dan sangat dikuasai oleh kekuatan
bangsa barat. Dari situasi yang paling pahit itulah muncul ide-ide modernisasi
yang secara luas mereka sampaikan kepada seluruh umat Islam, yaitu sebagai
berikut :
a.
Membangkitkan semangat Islam di masa
lampau dalam memurnikan ajaran Islam dari pengaruh takhayul, khurafat, dan
bid’ah.
b.
Memperjuangkan pendidikan universal,
kemerdekaan pers, dan memperkuat paham nasionalisme yang diwujudkan dalam
bentuk partai al-hizb al-watani dan menanamkan paham patriotisme bagi umat
Islam.
c.
Memperkuat ukhuwah islamiah dan
menekankan pembaruan Islam pada bidang politik, pemerintahan, dan agama dengan
ide pokok Pan-Islamisme bagi umat Islam.
d.
Memurnikan ajaran agama Islam sesuai
dengan bentuk aslinya, memperbarui metode pengajaran dan menanamkan solidaritas
seluruh umat Islam.
2. Hikmah
Perkembangan Islam Di Dunia.
Beberapa hal yang dapat diambil
dari sejarah perkembangan Islam di dunia ini antara lain sebagai berikut :
1)
Dengan saling bertoleransi terhadap
paham atau berbagai aliran di kalangan umat Islam maka akan mendatangkan
kemajuan dan kehidupan yang damai.
2)
Bila pemimpin atau khalifah Islam
mencintai ilmu pengetahuan maka rakyatnya pun akan mencintai ilmu pengetahuan.
3)
Memberikan motivasi untuk
melestarikan hasil karya seni dan peradaban untuk dijadikan inspirasi
bangunan-bangunan di masa depan.
4)
Penggunaan zuhud dan pengertian
tawakal yang tidak tepat akan membawa kemunduran dalam kehidupan.
5)
Perselisihan dan ketidak percayaan
terhadap sesama menyebabkan kemunduran, bahkan kehancuran.
6)
Umat Islam harus bersatu dan tolong
menolong dalam memajukan dan memakmurkan negeri.
2.3.3. Meneladani Tokoh- Tokoh Penyebaran
Islam di Dunia
Nilai-nilai
pembaruan (modernisasi Islam) mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan umat
Islam. Dari pembaruan tersebut tumbuhlah kesadaran bagi umat islam untuk
mengikuti gerakan pembaruan tersebut sehingga menimbulkan kebangkitan dunia
islam, baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan politik yang sekaligus tumbuh
gerakan menentang penjajahan.
Gerakan
modernisasi islam yang dilakukan oleh para pembaru itu pada dasarnya mengandung
beberapa nilai yang penting bagi lahirnya suatu dunia baru islam dalam
menghadapi tantangan yang serba kompleks pada masa modern ini. Dari para tokoh
pembaru islam tersebut ada beberapa keteladanan yang bias kita ambil.
1)
Nilai persatuan (ittihad).
2)
Nilai solidaritas (ukhuwah
islamiah).
3)
Nilai pembaruan (tajdid).
4)
Nilai perjuangan (jihad fii
sabilillah).
5)
Nilai kemerdekaan (burriyyah).
Itulah
nilai-nilai yang terkandung dalam modernisasi Islam, yang disuarakan dan
diperjuangkan oleh tokoh-tokoh pembaru Islam
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1. Beberapa tokoh yang mempelopori gerakan
pembaharua Islam, antara lain Muhammad bin Abdul Wahhab, Muhammad Ali Pasha,
jamaluddin Al-afghani, Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Ridha, dan Muhammad
Iqbal.
2. Nilai positif yang dapat diambil dari gerakan
pembaharuan Islam, yaitu nilai persatuan, solidaritas, pembaruan, jihad dan
kemerdekaan.
3. Adanya pembaruan Islam di Timur Tengah
memberikan pengaruh pergerakan Islam di Indonesia dengan berkembangnya
organisasi keagamaan dan partai politik.
4. Ibrah yang dapat diambil dari perkembangan
Islam periode modern meliputi bidang akidah, politik, pendidikan dan ekonomi.
5. Perkembangan Islam di Indonesia tidak lepas
dari peranan para pedagang dari Arab dan Gujarat yang menyebarkan Islam di
Indonesia melalui jalan perdagangan, dakwah, dan perkawinan.
6. Tugas dakwah merupakan suatu kewajiban yang di
emban oleh setiap muslim agar ajaran Islam tetap lestari dan dapat di amalkan
dengan benar.
7. Umat Islam di Indonesia pada masa penjajahan
mempunyai andil yang sangat besar degan berjuang melawan penjajah yang telah
menindas dan membelenggu bangsa Indonesia.
8. Pada masa pembangunan, peranan umat Islam turut
andil mengisi kemerdekaan dengan menerapkan nilai-nilai ajaran Islam yang
mendukung pada persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
9. Para ulama penyebar agama Islam di Indonesia di
kenal oleh masyarakat sebagai syeikh atau wali.
10.Salah
satu manfaat dari sejarah perkembangan pemikiran Islam di dunia adalah
memurnikan ajaran agama Islam sesuai bentuk aslinya, yaitu sebagaimana yang di
ajarkan Al-qur’an dan hadits.
11.Pada
dasarnya Islam berkembang dengan cara damai. Peperangan yang terjadi dalam
proses penyebaran Islam disebabkan adanya perlawanan dari pemimpin daerah yang
hendak di islamkan.
B. SARAN
Setelah membaca makalah ini, penulis menyarankan kepada pembaca untuk
meningkatkan ketakwaan, semangat juang dalam menegakan ajaran islam, sehingga
akan membuat kejayaan islam dimasa lalu terulang kembali.
Kita sebagai umat islam harus bisa menghargai jasa-jasa pejuang islam
yang telah menyabarluaskan islam sehingga kita saat ini berada di dalam
keselamatan.
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Nur. 2008. Ayo
Mengkaji Sejarah Kebudayaan Islam untuk MA untuk Kelas XII. Jakarta: Erlangga
http://nikmatulmaskuroh.blogspot.co.id/2013/12/gerakan-pembaharuan-islam-oleh-muhammad.html
http://coretanpenapribadi.blogspot.co.id/2013/10/sejarah-kebudayaan-islam-kelas-xii.html